PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
BERBASIS MEDIA SOSIAL ZOOM MEETING
Martinus T. Diaz*
ABSTRACT
This
study aims to improve student learning outcomes in the use of social media for
learning through group guidance services. The stages carried out in group
guidance are (1) the formation stage, (2) the transition stage, (3) the
activity stage, (4) the termination stage. This research uses a descriptive
method. The data collection instruments used in this study were: (1)
Observation techniques with observation sheets, (2) Interview techniques with
interview guides. The data analysis used in this research is qualitative. In
this study also included sixth grade teachers as research collaborators and
sixth grade students. The results of the study before the group guidance
action, the motivation to use learning media was low and included in the
sufficient category with an average score of 5.2 (26%). After being given group
guidance services in cycle I, the motivation to use learning media increased to
a sufficient category with an average score of 5.8 (29%). While in the second
cycle the motivation to use learning media increased to a good category with an
average score of 7.5 (37.5%). The results of the analysis of efforts to improve
learning outcomes in the use of social media for learning through group
guidance show that the response of students to teachers is good and their
learning motivation has increased.
Keywords: Group guidance, Social media,
Learning
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan media
sosial untuk pembelajaran melalui
layanan bimbingan kelompok. Tahap-tahap yang dilakukan dalam bimbingan kelompok adalah (1) tahap
pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik Observasi dengan alat lembar observasi,
(2) Teknik Wawancara dengan alat pedoman wawancara. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian
ini juga disertakan guru kelas VI sebagai kolaborator peneliti dan siswa kelas
VI. Hasil penelitian sebelum tindakan bimbingan kelompok motivasi penggunaan
media pembelajaran rendah dan masuk dalam kategori cukup dengan skore rata-rata
5,2 (26%). Setelah diberi layanan bimbingan kelompok pada sikus I, motivasi penggunaan
media pembelajaran meningkat menjadi kategori cukup dengan skore rata-rata 5,8
(29%). Sedangkan pada siklus II motivasi penggunaan media pembelajaran
meningkat menjadi kategori baik dengan perolehan skore rata-rata 7,5 (37,5%).
Hasil analisis upaya meningkatkan hasil belajar dalam penggunaan media sosial untuk pembelajaran
melalui bimbingan kelompok menunjukan respon peserta didik terhadap guru sudah
baik dan motivasi belajarnya mengalami peningkatan.
Kata Kunci: Bimbingan kelompok, Media sosial, Pembelajaran
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan
saat ini telah menunjukan kemajuan yang sangat pesat seiring dengan
perkembangan Information Comunication and Technology (ICT). Perkembangan
tersebut menuntut adanya usaha dari pendidik dan peserta didik agar dapat
berpatisipasi dalam upaya pengembangan Information Comunication and
Technology dengan memanfaatkan teknologi dalam upaya perkembangan
pendidikan. Media sosial merupakan sebuah tempat untuk bersosialisasi, berbaur
dan bergabung dengan orang lain.
Bagi orang pintar,
media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempermudah hidupnya, memudahkan dalam
belajar, mencari kerja, mengirim tugas, mencari informasi, berbelanja dan
lain-lain (Elsa, dkk, 2015).
Dalam dunia
pendidikan, media sosial digunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mempermudah kegiatan belajarnya. Pada kenyataannya, penggunaan media sosial
yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang memberi hasil yang
baik untuk peserta didik. Hal tersebut karena sedikitnya kemauan peserta didik
dalam memanfaatkan aplikasi media sosial yang sudah tentukan oleh pendidik atau
sekolah. Hasil observasi yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar (SD) pada
bulan Desember 2020 - Januari 2021 pada kelas VI dan dari hasi wawancara dengan
guru kelas di sekolah tersebut, ditemukan permasalahan dalam pembelajaran,
yakni peserta
didik kurang semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
kelas, kurang disiplin dalam belajar, setiap diberikan tugas (PR) tidak
mengerjakannya, sukar atau lambat menerima serta memahami pelajaran yang
diberikan di kelas sehingga aspek kognitif peserta didik juga belum mencapai
ketuntasan. Beberapa aplikasi media sosial yang
dipakai oleh pendidik, dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
seperti whatsapp, google classroom, zoom, dan youtube. Berdasarkan studi dokumen
hasil belajar menunjukan bahwa tingkat ketuntasan belajar klasikal belum
tercapai dengan baik, dimana terdapat 78,12% (26 dari 36 siswa yang tuntas) dan
21,87% (10 dari 36 siswa yang belum tuntas).
Dewa Ketut Sukardi (2008:64), menyatakan
bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah
peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber
tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang
kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sukiman (2011:111) memeberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sebagai berikut: Guru BK memberikan layanan
bimbingan kepada pesera didik melalui kelompok-kelompok kecil (5-15 orang).
Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Topik
yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat
umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti: cara belajar yang
efektif, kiat-kita menghadapi ujian, dan mengelolah stress. Layanan bimbingan
kelompok ditujukn untuk mengembangkan keterampilan dan perilaku baru yang lebih
efektif dan produktif.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti
terdorong untuk mengembangkan model layanan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik serta informasi sekolah dan sebagai
sarana pengembangan bakat. Alasan lain dilakukannya layanan bimbingan kelompok
ini mengajak peserta didik untuk benar-benar menggunakan media sosial sebagai
sarana untuk belajar dan pengembangan diri, tidak hanya sebagai sarana untuk
permainan atau hiburan semata.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini mengacu pada desain penelitian dan pengembangan atau Rasearch and
Development (R&D), artinya metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan kemudian menguji kefektifitas produk tersebut. Dalam
penelitian ini mengambil model desain ADDIE sebagai dasar mengikuti
langkah-langkah model desain intruksional. Model ADDIE adalah proses desain
instruksional berulang, dimana hasil evaluasi formatif dari setiap fase dapat
mengarahkan perancang instruksional kembali ke fase sebelumnya untuk mengatasi
masalah yang mungkin dialami saat mengajar. Hal ini senada dengan pendapat: Aldoobie
(2015), the ADDIE model is one of the most common models used in the
instructional design field. It helps instructional designers and teachers to
create an efficient, and effective teaching design by applying the processes of
the ADDIE model on any instructional product (Aldoobie, 2015). Artinya
model ADDIE adalah salah satu model yang paling umum digunakan dalam bidang
desain pembelajaran. Ini membantu perancang pengajaran dan guru untuk membuat
desain pengajaran yang efisien, dan efektif dengan menerapkan model ADDIE pada
setiap produk pengajaran (Aldoobie, 2015). Prayitno (2004:40-60) menjelaskan
bahwa tahap-tahap bimbingan kelompok ada empat, yaitu: (1) tahap pembentukan;
merupakan tahap pengenalan dan perlibatan dari anggota ke dalam kelompok dengan
tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok, (2) tahap peralihan;
merupakan tahap penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan dan pemimpin
kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas,
(3) tahap kegiatan; merupakan tahap inti dalam bimbingan kelompok dengan
suasana yang ingin dicapai, (4) tahap pengakhiran; merupakan tahap penilaian
(evaluasi) dan tindak lanjut (follow up). Dede Rahmat Hidayat dan Aip
Badrujaman (2011:12), mengemukan: “Penelitian tindakan pada hakikatnya berupa
perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri
dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus penelitian tindakan.
Dengan demikian pengertian siklus pada penelitian tindakan adalah suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik Observasi dengan alat lembar
observasi, (2) Teknik Wawancara dengan alat pedoman wawancara. Menurut
Suharsimi Arikunto (2010), subjek penelitian adalah batasan penelitian dimana
bisa menentukannya dengan benda, hal atau orang untuk melekatnya variabel
penelitian. Maka subjek yang menjadi fokus penelitian adalah 10 peserta didik
kelas VI. Dalam penelitian ini juga disertakan guru kelas VI sebagai
kolaborator peneliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Prosesnya adalah data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
dianalisis secara deskriptif menggunakan narasi deskriptif dalam bentuk matriks
dan diinterpretasikan secara rasional. “Matriks deskriptif bertujuuan untuk
membantu agar memudahkan pemahaman dan melihat kevalidan atas pemahaman dari
hasil penelitian suatu tindakan” (Miles dan Huberan, 1984:213-214).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur
Pelaksanaan Awal Sebelum Tindakan Bimbingan Kelompok
Berdasarkan data awal survei studi dokumen
hasil belajar kelas VI menunjukan bahwa tingkat ketuntasan belajar klasikal
belum tercapai dengan baik, dimana terdapat 78,12% (26 dari 36 siswa yang
tuntas) dan 21,87% (10 dari 36 siswa yang belum tuntas). Setelah melakukan
proses analisis terkait hasil belajar peserta didik tersebut, peneliti menetapkan aspek yang akan diamati
dalam tindakan layanan bimbingan kelompok. Adapun aspek yang akan diamati
adalah peserta didik yang memiliki hasil belajar yang rendah seperti: (1)
Kurang semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
kelas, (2) Kurang disiplin dalam belajar, (3) Setiap diberikan tugas (PR) tidak
mengerjakannya, (4) Sukar atau lambat menerima serta memahami pelajaran yang
diberikan di kelas. Kesulitan-kesulitan yang dirasakan peserta didik ini
menjadi masukan bagi peneliti dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok,
sehingga pemilihan topik untuk bimbingan kelompok selain disesuaikan secara
teori untuk meningkatkan hasil belajar juga disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik.
Kondisi
awal siswa sebelum dilakukan kegiatan bimbingan kelompok bahwa ada 2 siswa
dengan kategori kurang dan 8 siswa masuk dalam kategori cukup. Keterangan hasil
ini akan ditanggapi dengan pelaksanaan tindakan bimbingan siklus 1.
Hasil
kondisi awal siswa pra tindakan bimbingan kelompok dapat ditunjukan pada tabel
dan grafik berikut:
Hasil
Observasi Kondisi Awal Siswa pra Tindakan Bimbingan Kelompok
Tabel 1. Hasil Observasi Kondisi Awal Siswa
Pra
Tindakan Bimbingan Kelompok
Nama Siswa |
Aspek yang
diamati |
Jumlah |
Persentase |
Kategori |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||||
DS |
2 |
1 |
1 |
1 |
5 |
25% |
C |
DA |
1 |
1 |
2 |
2 |
6 |
30% |
C |
EN |
1 |
2 |
1 |
2 |
6 |
30% |
C |
FS |
2 |
1 |
1 |
1 |
5 |
25% |
C |
GS |
1 |
1 |
1 |
1 |
4 |
20% |
K |
GK |
1 |
1 |
1 |
2 |
5 |
25% |
C |
RA |
2 |
1 |
2 |
1 |
6 |
30% |
C |
RV |
1 |
1 |
1 |
1 |
4 |
20% |
K |
YF |
2 |
1 |
1 |
1 |
5 |
25% |
C |
YA |
1 |
3 |
1 |
1 |
6 |
30% |
C |
Jumlah |
14 |
13 |
12 |
13 |
52 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 2. Kriteria Anaisisi
Kondisi Awal Siswa
Nilai |
Kategori |
Skor |
1 |
Sangat Kurang |
1 - 10 |
2 |
Kurang |
11 - 20 |
3 |
Cukup |
21 - 30 |
4 |
Baik |
31 - 40 |
5 |
Sangat Baik |
41 - 50 |
Persentase
% = Jumlah Nilai yang diperoleh siswa
x 100%
20
20 = (Nilai
maksimal x Jumlah aspek yang dinilai)
Grafik 1. Hasil
Observasi Awal Siswa Pra Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan
Bimbingan Kelompok Siklus I
Pelaksanaan
bimbingan kelompok pada siklus I terlaksana dengan baik namun belum menunjukan
hasil sesuai yang diharapkan meskipun di setiap pertemuan mengalami perubahan.
Hal ini karena peserta yang sebelumnya belum pernah mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok, nampak masih merasa malu dan minder dalam mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok. Keterangan hasil ini dapat ditunjukan pada tabel
dan grafik berikut:
Hasil
Observasi terhadap Siswa dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus I
Tabel 3. Hasil Observasi terhadap Siswa dalam
Bimbingan Kelompok Siklus I
No |
Tahapan BKlp |
Pertemua ke- |
Hasil Maksimal |
||
1 |
2 |
3 |
|
||
1 |
Pembentukan |
10 |
13 |
14 |
25 |
2 |
Peralihan |
8 |
11 |
15 |
25 |
3 |
Kegiatan |
9 |
14 |
19 |
30 |
4 |
Penutup |
9 |
13 |
13 |
20 |
Jumlah |
36 |
51 |
61 |
100 |
|
Persentase |
34,2% |
48,6% |
58% |
100% |
Tabel 4. Kriteria Analisis Observasi Siswa:
Nilai |
Kategori |
Skor |
1 |
Sangat Kurang |
1 - 20 |
2 |
Kurang |
21 - 40 |
3 |
Cukup |
41 - 60 |
4 |
Baik |
61 - 80 |
5 |
Sangat Baik |
81 - 100 |
Kondisi siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok siklus I belum
menunjukan hasil yang maksimal. Kendati demikian namun terjadi peningkatan dari
kondisi awal sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok dengan setelah
dilaksanakannya kegiatan ini. Sebelum pelaksanaan kegiatan, ada 2 siswa yang
masuk dalam kategori kurang, setelah dilaksanakan bimbingan kelompok pencapaian
siswa meningkat dengan kategori cukup.
Keterangan hasil kondisi siswa dapat ditunjukan pada tabel dan grafik
berikut:
Hasil
Observasi terhadap Kondisi Siswa setelah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus
I
Tabel 5. Kondisi Siswa Setelah Pelaksanaan Siklus I
Nama Siswa |
Aspek yang
diamati |
Jumlah |
Persentase |
Kategori |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||||
DS |
1 |
3 |
1 |
1 |
6 |
30% |
C |
DA |
2 |
1 |
1 |
2 |
6 |
30% |
C |
EN |
1 |
2 |
2 |
1 |
6 |
30% |
C |
FS |
2 |
1 |
2 |
1 |
6 |
30% |
C |
GS |
1 |
1 |
1 |
2 |
5 |
25% |
C |
GK |
2 |
2 |
1 |
1 |
6 |
30% |
C |
RA |
2 |
1 |
1 |
1 |
5 |
25% |
C |
RV |
1 |
2 |
1 |
2 |
6 |
30% |
C |
YF |
1 |
1 |
2 |
2 |
6 |
30% |
C |
YA |
2 |
1 |
2 |
1 |
6 |
30% |
C |
Jumlah |
15 |
15 |
14 |
14 |
58 |
|
|
Tabel 6. Kriteria Analisis Terhadap Kondisi Siswa
Nilai |
Kategori |
Skor |
1 |
Sangat Kurang |
1 - 10 |
2 |
Kurang |
11 - 20 |
3 |
Cukup |
21 - 30 |
4 |
Baik |
31 - 40 |
5 |
Sangat Baik |
41 - 50 |
Grafik 2. Kondisi Siswa Setelah Pelaksanaan Siklus I
Hasil Wawancara
Peneliti dengan Siswa setelah Siklus I
Siswa merasa senang mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok, akan tetapi masih ada siswa yang merasa malu dalam mengungkapkan
pendapat, sehingga belum maksimal dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Pada pertemuan awal siswa masih merasa kesulitan, setelah malalui 3 kali
pertemuan, siswa merasa senang dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok ini
dengan lebih baik. Pada dasarnya antusias dan motivasi siswa mulai meningkat
tiap pertemuan.
Refleksi
Berdasarkan keterangan hasil pelaksanaan
bimbingan kelompok siklus 1 menunjukan belum sepenuhnya berhasil. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor baik dari peneliti, siswa, maupun situasi dan
kondisi dari pelaksanaan bimbingan kelompok. Rata-rata dari jumlah penilaian
masuk dalam kategori cukup. Keterangan hasil tersebut maka perlu dilakukan
pelaksanaan bimbingan kelompok pada siklus II.
Pelaksanaan
Bimbingan Kelompok Siklus II
Pelaksanaan
bimbingan kelompok pada siklus II terlaksana dan menunjukan kategori baik. Kondisi dalam pelaksanaan siklus II ini pun, dipandang lebih baik dari
siklus I yakni mengalami perubahan yang sesuai harapan. Hal ini sudah
menunjukkan peserta didik sudah mampu menyesuaikan serta memahami materi
layanan bimbingan kelompok dengan sangat baik. Keterangan hasil ini dapat ditunjukan pada
tabel dan grafik berikut:
Hasil Observasi
terhadap Siswa dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus II
Tabel 6. Observasi terhadap Kondisi Pelaksanaan Bimbingan Kelompok pada Siklus II
No |
Tahapan Bimbingan Kelompok |
Pertemuan ke - |
||
1 |
2 |
3 |
||
1 |
Tahap Pembentukan |
15 |
22 |
25 |
2 |
Tahap Peralihan |
11 |
12 |
13 |
3 |
Tahap Kegiatan |
21 |
23 |
26 |
4 |
Tahap Pengakhiran |
22 |
23 |
26 |
Jumlah |
69 |
80 |
90 |
|
Persentase % |
65,8 % |
76,1% |
85,8% |
|
|
|
|
|
Tabel 7. Kriteria Analisis Observasi Siswa:
Nilai |
Kategori |
Skor |
1 |
Sangat Kurang |
1 - 20 |
2 |
Kurang |
21 - 40 |
3 |
Cukup |
41 - 60 |
4 |
Baik |
61 - 80 |
5 |
Sangat Baik |
81 - 100 |
Setelah pelaksanaan bimbingan kelompok pada siklus II, hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kondisi siswa meningkat dengan kategori baik.
Hal ini juga dipengaruhi banyak faktor, baik dari peneliti, siswa, maupun
kolaborator. Dalam hal ini sangat membutuhkan kerja sama agar motivasi belajar
peserta didik semakin meningkat.
Keterangan hasil kondisi siswa dapat ditunjukan
pada tabel dan grafik berikut:
Hasil Observasi
terhadap Kondisi Siswa setelah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus II
Tabel 8. Kondisi Siswa
setelah Tindakan Bimbingan Kelompok Siklus II
Nama Siswa |
Aspek yang
diamati |
Jumlah |
Persentase |
Kategori |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||||
DS |
2 |
3 |
1 |
2 |
8 |
40% |
B |
DA |
2 |
2 |
2 |
2 |
8 |
40% |
B |
EN |
1 |
2 |
2 |
2 |
7 |
35% |
B |
FS |
2 |
3 |
2 |
1 |
8 |
40% |
B |
GS |
2 |
2 |
1 |
2 |
7 |
35% |
B |
GK |
2 |
2 |
1 |
2 |
7 |
35% |
B |
RA |
2 |
1 |
2 |
2 |
7 |
35% |
B |
RV |
2 |
2 |
2 |
2 |
8 |
40% |
B |
YF |
2 |
2 |
2 |
2 |
8 |
40% |
B |
YA |
2 |
1 |
2 |
2 |
7 |
35% |
B |
Jumlah |
19 |
20 |
17 |
19 |
75 |
|
|
Tabel 9. Kriteria Anaisisi Terhadap Kondisi Siswa:
Nilai |
Kategori |
Skor |
1 |
Sangat Kurang |
1 - 10 |
2 |
Kurang |
11 - 20 |
3 |
Cukup |
21 - 30 |
4 |
Baik |
31 - 40 |
5 |
Sangat Baik |
41 - 50 |
Grafik 5. Kondisi Siswa
setelah Pelaksanaan Siklus II
Hasil Wawancara
Peneliti dengan Siswa setelah Siklus II
Pada siklus II ini semangat dan motivasi siswa
dalam melaksanakan bimbingan kelompok terlihat meningkat. Mereka berpendapat
serta terlibat aktif dalam proses pelaksanaan bimbingan kelompok.
Pemahaman terhadap topik dan materi yang
didiskusikan dalam bimbingan kelompok pun meningkat. Mereka mengaku bahwa
menemukan pemahaman yang baik dan tepat serta mau berusaha memanfaatkan media
sebagai sarana untuk belajar. Hasil yang dicapai dalam siklus II lebih baik
dari siklus I.
Refleksi
Berdasarkan analisis dan refleksi tindakan pada
siklus II sudah mengalami peningkatan. Oleh karena itu penelitian tindakan
melalui siklus II dipandang cukup. Karena hasil observasi menunjukkan bahwa
pencapaian siswa menunjukkan kategori baik. Pernyataan ini sesuai dengan
pendapat Suryosubroto (2002:117) siswa dikatakan berhasil secara individual
atau klasikal bila siswa menguasai materi sebesar 75% atau dalam kategori baik.[13]
Analisis Kondisi Siswa
Secara Keseluruhan Per Individu
Dari tabel dan grafik analisis kondisi siswa secara keseluruhan per
individu, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan 6 poin dengan 3% pada
siklus I. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 17 poin dengan
8,5%. Keterangan hasil kondisi siswa secara keseluruhan
dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 10. Analisis
Kondisi Siswa Secara Keseluruhan
Nama Siswa |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
|
DS |
5 |
25 |
6 |
30 |
8 |
40 |
DA |
6 |
30 |
6 |
30 |
8 |
40 |
EN |
6 |
30 |
6 |
30 |
7 |
35 |
FS |
5 |
25 |
6 |
30 |
8 |
40 |
GS |
4 |
20 |
5 |
25 |
7 |
35 |
GK |
5 |
25 |
6 |
30 |
7 |
35 |
RA |
6 |
30 |
6 |
30 |
7 |
35 |
RV |
4 |
20 |
5 |
25 |
8 |
40 |
YF |
5 |
25 |
6 |
30 |
8 |
40 |
YA |
6 |
30 |
6 |
30 |
7 |
35 |
Jumlah |
52 |
260 |
58 |
290 |
75 |
375 |
Rata-rata |
5,2 |
26% |
5,8 |
29% |
7,5 |
37,5% |
Tabel 11. Kriteria Analisis Indikator:
Nilai |
Kategori |
Skor |
1 |
Sangat Kurang |
1-20 |
2 |
Kurang |
21-40 |
3 |
Cukup |
41-60 |
4 |
Baik |
61-80 |
5 |
Sangat Baik |
81-100 |
Grafik 6. Analisis
Keseluruhan per Individu
Uji Hipotesis Tindakan
Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus
II, diperoleh hasil bahwa melalui pelaksanaan bimbingan kelompok sebagai upaya
peningkatan motivasi penggunaan media pembelajaran dan informasi sekolah
menunjukkan hasil yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Keaktifan peneliti
dan siswa dalam proses pelaksanaan bimbingan terjadi peningkatan, hal ini dapat
diketahui dari keterangan penilaian melalui observasi, wawancara. Kenaikan
rata-rata sebesar 37,5%. Temuan hasil penelitian ini dikuatkan oleh hasil
penelitian sebelumnya bahwa penekanan dari peneliti terhadap aspek-aspek
motivasi belajar sehingga peserta didik lebih dapat memahami motivasi belajar
tersebut melalui layanan bimbingan kelompok (Purwanita, Dantes, dan Setuti,
2013).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka
hipotesis penelitian ini menyatakan
bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi penggunaan media
pembelajaran dan informasi sekolah di Sekolah Dasar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, secara khusus dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok
dapat meningkatkan motivasi penggunaan media sosial untuk pembelajaran.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam bimbingan kelompok adalah (1) tahap
pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran.
Dari hasil analisis upaya meningkatkan motivasi
penggunaan media sosial untuk pembelajaran melalui bimbingan kelompok
menunjukan respon peserta didik terhadap guru sudah baik dan motivasi
belajarnya mengalami peningkatan.
Saran
Kepala sekolah harus memotivasi guru untuk
melakukan inovasi pembelajaran, misalnya dengan melakukan Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling (PTBK) dan lebih memperhatikan siswa-siswa yang
mengalami kesulitan atau hambatan agar tujuan pendidikan nasional dapat
terwujud. Guru diharapkan selalu mengarahkan siswa dengan memberikan layanan
bimbingan kelompok berkaitan dengan motivasi penggunaan media sosial secara
intensif sesuai dengan kebutuhan siswa agar potensi siswa dapat berkembang
secara optimal. Para siswa diharapkan memanfaatkan media sosial dengan baik dan
benar agar semakin menambah keterampilan
komunikasi, sosial dan juga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.[14]
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. T. (2011). Metode Penelitia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Abdurrahman, M. (2010). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Alhabash, S., &
Mengyan Ma. (2017). A Tale of Four Platforms: Motivations and Uses of Facebook,
Twitter, Instagram, and Snapchat Among College Students?. https://doi.org/10.1177/2056305117691544.
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Junawan, H., &
Laugu, N. (2020). Eksistensi Media Sosial,Youtube, Instagram dan
Whatsapp Ditengah Pandemi Covid-19
Dikalangan Masyarakat Virtual Indonesia. Jurnal
Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 4(1), 1-17.
Hidayat, D. R., & Badrujaman, A. (2012). Penelitian Tindakan Dalam
Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: PT Indeks.
Hadi, S. (2002). Metodologi Research. Yogyakarta:
Andi Offset.
Handoko, M. & Riyanto, T. (2010). Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Jauhar, M. dan Wardati. (2011). Implementasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Sukardi, D. K., & Nila, K. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2018).
Memaksimalkan Penggunaan Media Sosial
dalam Lembaga Pemerintah. Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi
dan Informatika.
Fajar, M., & Machmud, H. (2020). Penggunaan Media Sosial di Kalangan
Siswa Sekolah Dasar. DINIYAH Jurnal
Pendidikan Dasar, 1(1),
1-7.
Purwanti, N. W. H., Dantes, N., Setuti, N. M. (2013). PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG MENGALAMI
KESULITAN BELAJAR DI KELAS VII C SMP NEGERI 3 SINGARAJA.
Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling, 1(1), 1-11.
Theo, R. (2010). Memotivasi Diri Langkah Menuju
Sukses. Yogjakarta: Kanisius.
Salehudin, M. (2020).
DAMPAK COVID-19: GURU MENGADOPSI MEDIA SOSIAL SEBAGAI
E-LEARNING PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Jurnal MUDARRISUNA, 10(1), 1-14.
Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yusuf, S. L. N. (2009). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Bandung: Rizqi Press.[15]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar