Minggu, 14 Januari 2024

 

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

BERBASIS MEDIA SOSIAL ZOOM MEETING

 

Martinus T. Diaz*

 

 

 

ABSTRACT

This study aims to improve student learning outcomes in the use of social media for learning through group guidance services. The stages carried out in group guidance are (1) the formation stage, (2) the transition stage, (3) the activity stage, (4) the termination stage. This research uses a descriptive method. The data collection instruments used in this study were: (1) Observation techniques with observation sheets, (2) Interview techniques with interview guides. The data analysis used in this research is qualitative. In this study also included sixth grade teachers as research collaborators and sixth grade students. The results of the study before the group guidance action, the motivation to use learning media was low and included in the sufficient category with an average score of 5.2 (26%). After being given group guidance services in cycle I, the motivation to use learning media increased to a sufficient category with an average score of 5.8 (29%). While in the second cycle the motivation to use learning media increased to a good category with an average score of 7.5 (37.5%). The results of the analysis of efforts to improve learning outcomes in the use of social media for learning through group guidance show that the response of students to teachers is good and their learning motivation has increased.

 

Keywords: Group guidance, Social media, Learning

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan media sosial untuk pembelajaran melalui layanan bimbingan kelompok. Tahap-tahap yang dilakukan dalam bimbingan kelompok adalah (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik Observasi dengan alat lembar observasi, (2) Teknik Wawancara dengan alat pedoman wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian ini juga disertakan guru kelas VI sebagai kolaborator peneliti dan siswa kelas VI. Hasil penelitian sebelum tindakan bimbingan kelompok motivasi penggunaan media pembelajaran rendah dan masuk dalam kategori cukup dengan skore rata-rata 5,2 (26%). Setelah diberi layanan bimbingan kelompok pada sikus I, motivasi penggunaan media pembelajaran meningkat menjadi kategori cukup dengan skore rata-rata 5,8 (29%). Sedangkan pada siklus II motivasi penggunaan media pembelajaran meningkat menjadi kategori baik dengan perolehan skore rata-rata 7,5 (37,5%). Hasil analisis upaya meningkatkan hasil belajar dalam  penggunaan media sosial untuk pembelajaran melalui bimbingan kelompok menunjukan respon peserta didik terhadap guru sudah baik dan motivasi belajarnya mengalami peningkatan.

  

Kata Kunci: Bimbingan kelompok, Media sosial, Pembelajaran

 

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan saat ini telah menunjukan kemajuan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan Information Comunication and Technology (ICT). Perkembangan tersebut menuntut adanya usaha dari pendidik dan peserta didik agar dapat berpatisipasi dalam upaya pengembangan Information Comunication and Technology dengan memanfaatkan teknologi dalam upaya perkembangan pendidikan. Media sosial merupakan sebuah tempat untuk bersosialisasi, berbaur dan bergabung dengan orang lain.

Bagi orang pintar, media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempermudah hidupnya, memudahkan dalam belajar, mencari kerja, mengirim tugas, mencari informasi, berbelanja dan lain-lain (Elsa, dkk, 2015).

Dalam dunia pendidikan, media sosial digunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk mempermudah kegiatan belajarnya. Pada kenyataannya, penggunaan media sosial yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang memberi hasil yang baik untuk peserta didik. Hal tersebut karena sedikitnya kemauan peserta didik dalam memanfaatkan aplikasi media sosial yang sudah tentukan oleh pendidik atau sekolah. Hasil observasi yang dilakukan di salah satu Sekolah Dasar (SD) pada bulan Desember 2020 - Januari 2021 pada kelas VI dan dari hasi wawancara dengan guru kelas di sekolah tersebut, ditemukan permasalahan dalam pembelajaran, yakni peserta didik kurang semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, kurang disiplin dalam belajar, setiap diberikan tugas (PR) tidak mengerjakannya, sukar atau lambat menerima serta memahami pelajaran yang diberikan di kelas sehingga aspek kognitif peserta didik juga belum mencapai ketuntasan. Beberapa aplikasi media sosial yang dipakai oleh pendidik, dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti whatsapp, google classroom, zoom, dan youtube. Berdasarkan studi dokumen hasil belajar menunjukan bahwa tingkat ketuntasan belajar klasikal belum tercapai dengan baik, dimana terdapat 78,12% (26 dari 36 siswa yang tuntas) dan 21,87% (10 dari 36 siswa yang belum tuntas).

Dewa Ketut Sukardi (2008:64), menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Sukiman (2011:111) memeberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sebagai berikut: Guru BK memberikan layanan bimbingan kepada pesera didik melalui kelompok-kelompok kecil (5-15 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti: cara belajar yang efektif, kiat-kita menghadapi ujian, dan mengelolah stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukn untuk mengembangkan keterampilan dan perilaku baru yang lebih efektif dan produktif. 

 

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti terdorong untuk mengembangkan model layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan minat belajar peserta didik serta informasi sekolah dan sebagai sarana pengembangan bakat. Alasan lain dilakukannya layanan bimbingan kelompok ini mengajak peserta didik untuk benar-benar menggunakan media sosial sebagai sarana untuk belajar dan pengembangan diri, tidak hanya sebagai sarana untuk permainan atau hiburan semata.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengacu pada desain penelitian dan pengembangan atau Rasearch and Development (R&D), artinya metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk dan kemudian menguji kefektifitas produk tersebut. Dalam penelitian ini mengambil model desain ADDIE sebagai dasar mengikuti langkah-langkah model desain intruksional. Model ADDIE adalah proses desain instruksional berulang, dimana hasil evaluasi formatif dari setiap fase dapat mengarahkan perancang instruksional kembali ke fase sebelumnya untuk mengatasi masalah yang mungkin dialami saat mengajar. Hal ini senada dengan pendapat: Aldoobie (2015), the ADDIE model is one of the most common models used in the instructional design field. It helps instructional designers and teachers to create an efficient, and effective teaching design by applying the processes of the ADDIE model on any instructional product (Aldoobie, 2015). Artinya model ADDIE adalah salah satu model yang paling umum digunakan dalam bidang desain pembelajaran. Ini membantu perancang pengajaran dan guru untuk membuat desain pengajaran yang efisien, dan efektif dengan menerapkan model ADDIE pada setiap produk pengajaran (Aldoobie, 2015). Prayitno (2004:40-60) menjelaskan bahwa tahap-tahap bimbingan kelompok ada empat, yaitu: (1) tahap pembentukan; merupakan tahap pengenalan dan perlibatan dari anggota ke dalam kelompok dengan tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok, (2) tahap peralihan; merupakan tahap penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan dan pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas, (3) tahap kegiatan; merupakan tahap inti dalam bimbingan kelompok dengan suasana yang ingin dicapai, (4) tahap pengakhiran; merupakan tahap penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up). Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2011:12), mengemukan: “Penelitian tindakan pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus penelitian tindakan. Dengan demikian pengertian siklus pada penelitian tindakan adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik Observasi dengan alat lembar observasi, (2) Teknik Wawancara dengan alat pedoman wawancara. Menurut Suharsimi Arikunto (2010), subjek penelitian adalah batasan penelitian dimana bisa menentukannya dengan benda, hal atau orang untuk melekatnya variabel penelitian. Maka subjek yang menjadi fokus penelitian adalah 10 peserta didik kelas VI. Dalam penelitian ini juga disertakan guru kelas VI sebagai kolaborator peneliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Prosesnya adalah data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan dianalisis secara deskriptif menggunakan narasi deskriptif dalam bentuk matriks dan diinterpretasikan secara rasional. “Matriks deskriptif bertujuuan untuk membantu agar memudahkan pemahaman dan melihat kevalidan atas pemahaman dari hasil penelitian suatu tindakan” (Miles dan Huberan, 1984:213-214).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur Pelaksanaan Awal Sebelum Tindakan Bimbingan Kelompok

Berdasarkan data awal survei studi dokumen hasil belajar kelas VI menunjukan bahwa tingkat ketuntasan belajar klasikal belum tercapai dengan baik, dimana terdapat 78,12% (26 dari 36 siswa yang tuntas) dan 21,87% (10 dari 36 siswa yang belum tuntas). Setelah melakukan proses analisis terkait hasil belajar peserta didik tersebut, peneliti menetapkan aspek yang akan diamati dalam tindakan layanan bimbingan kelompok. Adapun aspek yang akan diamati adalah peserta didik yang memiliki hasil belajar yang rendah seperti: (1) Kurang semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, (2) Kurang disiplin dalam belajar, (3) Setiap diberikan tugas (PR) tidak mengerjakannya, (4) Sukar atau lambat menerima serta memahami pelajaran yang diberikan di kelas. Kesulitan-kesulitan yang dirasakan peserta didik ini menjadi masukan bagi peneliti dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok, sehingga pemilihan topik untuk bimbingan kelompok selain disesuaikan secara teori untuk meningkatkan hasil belajar juga disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Kondisi awal siswa sebelum dilakukan kegiatan bimbingan kelompok bahwa ada 2 siswa dengan kategori kurang dan 8 siswa masuk dalam kategori cukup. Keterangan hasil ini akan ditanggapi dengan pelaksanaan tindakan bimbingan siklus 1.

 

Hasil kondisi awal siswa pra tindakan bimbingan kelompok dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:

Hasil Observasi Kondisi Awal Siswa pra Tindakan Bimbingan Kelompok

Tabel 1. Hasil Observasi Kondisi Awal Siswa

 Pra Tindakan Bimbingan Kelompok

Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Jumlah

Persentase

Kategori

1

2

3

4

DS

2

1

1

1

5

25%

C

DA

1

1

2

2

6

30%

C

EN

1

2

1

2

6

30%

C

FS

2

1

1

1

5

25%

C

GS

1

1

1

1

4

20%

K

GK

1

1

1

2

5

25%

C

RA

2

1

2

1

6

30%

C

RV

1

1

1

1

4

20%

K

YF

2

1

1

1

5

25%

C

YA

1

3

1

1

6

30%

C

Jumlah

14

13

12

13

52

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2. Kriteria Anaisisi Kondisi Awal Siswa

Nilai

Kategori

Skor

1

Sangat Kurang

1 - 10

2

Kurang

11 - 20

3

Cukup

21 - 30

4

Baik

31 - 40

5

Sangat Baik

41 - 50

 

Persentase % = Jumlah Nilai yang diperoleh siswa  x 100%

                                                                                    20

20 = (Nilai maksimal x Jumlah aspek yang dinilai)

 

Grafik 1. Hasil Observasi Awal Siswa Pra Bimbingan Kelompok

 

Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus I

Pelaksanaan bimbingan kelompok pada siklus I terlaksana dengan baik namun belum menunjukan hasil sesuai yang diharapkan meskipun di setiap pertemuan mengalami perubahan. Hal ini karena peserta yang sebelumnya belum pernah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, nampak masih merasa malu dan minder dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Keterangan hasil ini dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:

Hasil Observasi terhadap Siswa dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus I

Tabel 3. Hasil Observasi terhadap Siswa dalam Bimbingan Kelompok Siklus I

No

Tahapan BKlp

Pertemua ke-

Hasil Maksimal

1

2

3

 

1

Pembentukan

10

13

14

25

2

Peralihan

8

11

15

25

3

Kegiatan

9

14

19

30

4

Penutup

9

13

13

20

Jumlah

36

51

61

100

Persentase

34,2%

48,6%

58%

    100%

 

Tabel 4. Kriteria Analisis Observasi Siswa:

Nilai

Kategori

Skor

1

Sangat Kurang

1 - 20

2

Kurang

21 - 40

3

Cukup

41 - 60

4

Baik

61 - 80

5

Sangat Baik

81 - 100

 

Kondisi siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok siklus I belum menunjukan hasil yang maksimal. Kendati demikian namun terjadi peningkatan dari kondisi awal sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok dengan setelah dilaksanakannya kegiatan ini. Sebelum pelaksanaan kegiatan, ada 2 siswa yang masuk dalam kategori kurang, setelah dilaksanakan bimbingan kelompok pencapaian siswa meningkat dengan kategori cukup.

 

 

 

 

 

Keterangan hasil kondisi siswa dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:

Hasil Observasi terhadap Kondisi Siswa setelah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus I

Tabel 5. Kondisi Siswa Setelah Pelaksanaan Siklus I

Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Jumlah

Persentase

Kategori

1

2

3

4

DS

1

3

1

1

6

30%

C

DA

2

1

1

2

6

30%

C

EN

1

2

2

1

6

30%

C

FS

2

1

2

1

6

30%

C

GS

1

1

1

2

5

25%

C

GK

2

2

1

1

6

30%

C

RA

2

1

1

1

5

25%

C

RV

1

2

1

2

6

30%

C

YF

1

1

2

2

6

30%

C

YA

2

1

2

1

6

30%

C

Jumlah

15

15

14

14

58

 

 

 

Tabel 6. Kriteria Analisis Terhadap Kondisi Siswa

Nilai

Kategori

Skor

1

Sangat Kurang

1 - 10

2

Kurang

11 - 20

3

Cukup

21 - 30

4

Baik

31 - 40

5

Sangat Baik

41 - 50

 

Grafik 2. Kondisi Siswa Setelah Pelaksanaan Siklus I

Hasil Wawancara Peneliti dengan Siswa setelah Siklus I

Siswa merasa senang mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, akan tetapi masih ada siswa yang merasa malu dalam mengungkapkan pendapat, sehingga belum maksimal dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Pada pertemuan awal siswa masih merasa kesulitan, setelah malalui 3 kali pertemuan, siswa merasa senang dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok ini dengan lebih baik. Pada dasarnya antusias dan motivasi siswa mulai meningkat tiap pertemuan.

Refleksi

Berdasarkan keterangan hasil pelaksanaan bimbingan kelompok siklus 1 menunjukan belum sepenuhnya berhasil. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor baik dari peneliti, siswa, maupun situasi dan kondisi dari pelaksanaan bimbingan kelompok. Rata-rata dari jumlah penilaian masuk dalam kategori cukup. Keterangan hasil tersebut maka perlu dilakukan pelaksanaan bimbingan kelompok pada siklus II.

Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus II

Pelaksanaan bimbingan kelompok pada siklus II terlaksana dan menunjukan kategori baik. Kondisi dalam pelaksanaan siklus II ini pun, dipandang lebih baik dari siklus I yakni mengalami perubahan yang sesuai harapan. Hal ini sudah menunjukkan peserta didik sudah mampu menyesuaikan serta memahami materi layanan bimbingan kelompok dengan sangat baik. Keterangan hasil ini dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:

Hasil Observasi terhadap Siswa dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus II

 Tabel 6. Observasi terhadap Kondisi Pelaksanaan Bimbingan Kelompok pada Siklus II

 

No

 

Tahapan Bimbingan Kelompok

Pertemuan ke -

1

2

3

1

Tahap Pembentukan

15

22

25

2

Tahap Peralihan

11

12

13

3

Tahap Kegiatan

21

23

26

4

Tahap Pengakhiran

22

23

26

Jumlah

69

80

90

Persentase %

65,8 %

76,1%

85,8%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 7. Kriteria Analisis Observasi Siswa:

Nilai

Kategori

Skor

1

Sangat Kurang

1 - 20

2

Kurang

21 - 40

3

Cukup

41 - 60

4

Baik

61 - 80

5

Sangat Baik

81 - 100

 

Setelah pelaksanaan bimbingan kelompok pada siklus II, hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi siswa meningkat dengan kategori baik.

Hal ini juga dipengaruhi banyak faktor, baik dari peneliti, siswa, maupun kolaborator. Dalam hal ini sangat membutuhkan kerja sama agar motivasi belajar peserta didik semakin meningkat.

Keterangan hasil kondisi siswa dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:

Hasil Observasi terhadap Kondisi Siswa setelah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Siklus II

Tabel 8. Kondisi Siswa setelah Tindakan Bimbingan Kelompok Siklus II

Nama

Siswa

Aspek yang diamati

Jumlah

Persentase

Kategori

1

2

3

4

DS

2

3

1

2

8

40%

B

DA

2

2

2

2

8

40%

B

EN

1

2

2

2

7

35%

B

FS

2

3

2

1

8

40%

B

GS

2

2

1

2

7

35%

B

GK

2

2

1

2

7

35%

B

RA

2

1

2

2

7

35%

B

RV

2

2

2

2

8

40%

B

YF

2

2

2

2

8

40%

B

YA

2

1

2

2

7

35%

B

Jumlah

19

20

17

19

75

 

 

 

Tabel 9. Kriteria Anaisisi Terhadap Kondisi Siswa:

Nilai

Kategori

Skor

1

Sangat Kurang

1 - 10

2

Kurang

11 - 20

3

Cukup

21 - 30

4

Baik

31 - 40

5

Sangat Baik

41 - 50

 

 

Grafik 5. Kondisi Siswa setelah Pelaksanaan Siklus II

Hasil Wawancara Peneliti dengan Siswa setelah Siklus II

Pada siklus II ini semangat dan motivasi siswa dalam melaksanakan bimbingan kelompok terlihat meningkat. Mereka berpendapat serta terlibat aktif dalam proses pelaksanaan bimbingan kelompok.

Pemahaman terhadap topik dan materi yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok pun meningkat. Mereka mengaku bahwa menemukan pemahaman yang baik dan tepat serta mau berusaha memanfaatkan media sebagai sarana untuk belajar. Hasil yang dicapai dalam siklus II lebih baik dari siklus I.

Refleksi

Berdasarkan analisis dan refleksi tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan. Oleh karena itu penelitian tindakan melalui siklus II dipandang cukup. Karena hasil observasi menunjukkan bahwa pencapaian siswa menunjukkan kategori baik. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Suryosubroto (2002:117) siswa dikatakan berhasil secara individual atau klasikal bila siswa menguasai materi sebesar 75% atau dalam kategori baik.[13]

Analisis Kondisi Siswa Secara Keseluruhan Per Individu

Dari tabel dan grafik analisis kondisi siswa secara keseluruhan per individu, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan 6 poin dengan 3% pada siklus I. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 17 poin dengan 8,5%. Keterangan hasil kondisi siswa secara keseluruhan dapat ditunjukan pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 10. Analisis Kondisi Siswa Secara Keseluruhan

Nama Siswa

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

DS

5

25

6

30

8

40

DA

6

30

6

30

8

40

EN

6

30

6

30

7

35

FS

5

25

6

30

8

40

GS

4

20

5

25

7

35

GK

5

25

6

30

7

35

RA

6

30

6

30

7

35

RV

4

20

5

25

8

40

YF

5

25

6

30

8

40

YA

6

30

6

30

7

35

Jumlah

52

260

 

58

 

290

 

75

375

Rata-rata

5,2

26%

5,8

29%

7,5

37,5%

 

Tabel 11. Kriteria Analisis Indikator:

Nilai

Kategori

Skor

1

Sangat Kurang

1-20

2

Kurang

21-40

3

Cukup

41-60

4

Baik

61-80

5

Sangat Baik

81-100

 

Grafik 6. Analisis Keseluruhan per Individu

 

Uji Hipotesis Tindakan

Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II, diperoleh hasil bahwa melalui pelaksanaan bimbingan kelompok sebagai upaya peningkatan motivasi penggunaan media pembelajaran dan informasi sekolah menunjukkan hasil yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Keaktifan peneliti dan siswa dalam proses pelaksanaan bimbingan terjadi peningkatan, hal ini dapat diketahui dari keterangan penilaian melalui observasi, wawancara. Kenaikan rata-rata sebesar 37,5%. Temuan hasil penelitian ini dikuatkan oleh hasil penelitian sebelumnya bahwa penekanan dari peneliti terhadap aspek-aspek motivasi belajar sehingga peserta didik lebih dapat memahami motivasi belajar tersebut melalui layanan bimbingan kelompok (Purwanita, Dantes, dan Setuti, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hipotesis penelitian ini menyatakan  bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi penggunaan media pembelajaran dan informasi sekolah di Sekolah Dasar.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara khusus dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi penggunaan media sosial untuk pembelajaran. Tahap-tahap yang dilakukan dalam bimbingan kelompok adalah (1) tahap pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap pengakhiran.

Dari hasil analisis upaya meningkatkan motivasi penggunaan media sosial untuk pembelajaran melalui bimbingan kelompok menunjukan respon peserta didik terhadap guru sudah baik dan motivasi belajarnya mengalami peningkatan.

Saran

Kepala sekolah harus memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran, misalnya dengan ‎melakukan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) dan ‎lebih memperhatikan siswa-siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan agar ‎tujuan pendidikan nasional dapat terwujud.‎ Guru diharapkan selalu mengarahkan siswa dengan memberikan layanan bimbingan kelompok berkaitan dengan motivasi penggunaan media sosial secara intensif sesuai ‎dengan kebutuhan siswa agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal. Para siswa diharapkan memanfaatkan media sosial dengan baik dan benar  agar semakin menambah keterampilan komunikasi, sosial dan juga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.[14]

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anggoro, M. T. (2011). Metode Penelitia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Abdurrahman, M. (2010). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka           Cipta.

 

Alhabash, S., & Mengyan Ma. (2017). A Tale of Four Platforms: Motivations and       Uses of            Facebook, Twitter, Instagram, and Snapchat Among College Students?.          https://doi.org/10.1177/2056305117691544.

 

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Junawan, H., & Laugu, N. (2020). Eksistensi Media Sosial,Youtube, Instagram dan

       Whatsapp Ditengah Pandemi Covid-19 Dikalangan Masyarakat Virtual Indonesia.                   Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 4(1), 1-17.

 

Hidayat, D. R., & Badrujaman, A. (2012). Penelitian Tindakan Dalam Bimbingan Dan                       Konseling. Jakarta: PT Indeks.

 

 

Hadi, S. (2002). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Handoko, M. & Riyanto, T. (2010). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

 

 

Jauhar, M. dan Wardati. (2011). Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.                         Jakarta: Prestasi Pustaka.

 

 

Sukardi, D. K., & Nila, K. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:         Rineka Cipta.

 

 

Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2018). Memaksimalkan Penggunaan Media     Sosial dalam Lembaga Pemerintah. Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan      Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika.

 

 

Fajar, M., & Machmud, H. (2020). Penggunaan Media Sosial di Kalangan Siswa Sekolah        Dasar. DINIYAH Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 1-7.

 

Purwanti, N. W. H., Dantes, N., Setuti, N. M. (2013). PENERAPAN BIMBINGAN                         KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG             MENGALAMI KESULITAN BELAJAR DI KELAS VII C SMP NEGERI 3         SINGARAJA. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling, 1(1), 1-11.

 

Theo, R. (2010). Memotivasi Diri Langkah Menuju Sukses. Yogjakarta: Kanisius.

 

Salehudin, M. (2020). DAMPAK COVID-19: GURU MENGADOPSI MEDIA SOSIAL        SEBAGAI E-LEARNING PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Jurnal   MUDARRISUNA, 10(1), 1-14.

 

Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Yusuf, S. L. N. (2009). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi           Press.[15]