Sabtu, 25 Maret 2017

INGATAN


A. PENGERTIAN INGATAN
     Ingatan : proses menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali informasi-informasi atau kesan-kesan.
      Menerima -> Menyimpan -> Menimbulkan kembali

B. FUNGSI INGATAN
(fase mengingat)
       Fungsi Ingatan: 
  •       menerima
  •       memasukan
  •       menimbulkan kembali
      Penjelasan    

1. FUNGSI/TAHAP MENERIMA
(ENCODING STAGE

   Fungsi menerima berlangsung saat individu mendapatkan materi, misalnya dengan membaca, mendengarkan sambil melihat, dan seterusnya. Menerima dapat terjadi :

  a. secara sengaja

  b. secara tak sengaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi menerima

1.FAKTOR INTERNAL : kemampuan intelektual, kesiapan psikis, kesiapan secara fisik.

2.FAKTOR MATERI : kuantitas dan kualitas materi, kebermaknaan materi.

3.FAKTOR EKSTERNAL : situasi yang ada di sekitar individu pada saat materi diterima.


2.FUNGSI MENYIMPAN
(STORAGE STAGE)

  Problem yang dapat timbul berkenaan dg fungsi menyimpan adalah bagaimana agar  materi yang telah diterima atau dipelajari  dapat tersimpan dengan baik sehingga pada saat dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali dengan mudah.


Setiap kali berlangsung peneri-maan materi, apa yang diterima tersebut pada umumnya tidak hilang, apalagi materi yang memi-liki arti penting, melainkan akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam diri orang ybs. dan disebut  sebagai JEJAK-JEJAK INGATAN (MEMORY TRACES).

3.FUNGSI MENIMBULKAN KEMBALI
(RETRIEVAL STAGE)

a.   MENGINGAT KEMBALI (to recall):

  To recall adalah menimbulkan kembali

  materi yg diterima dan disimpan tanpa   stimulus.

  b.   MENGENAL KEMBALI (to recognize) :   proses menimbulkan kembali dgn   stimulus yang ada hubungannya dgn   materi ingatan

C. TIGA SISTEM INGATAN

1. SENSORY MEMORI
(PENYIMPANAN CERAPAN INDRA)

vMemori sensori adalah suatu sistem memori yang dirancang untuk menyimpan informasi yang diterima dari sel-sel reseptor dalam waktu yang amat pendek.

vMemori sensori mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit.

2. INGATAN JANGKA PENDEK
(SHORT TERM MEMORY)

vProses penyimpanan informasi yang bersifat sementara.

vInformasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori sensori.

vJumlah informasi yang tersimpan dalam memori jangka pendek lebih kecil bila dibandingkan dengan yang tersimpan dalam memori jangka panjang Etseem

3. MEMORI JANGKA PANJANG
(LONG TERM MEMORY)

vmemori jangka panjang (long term memory). penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek.

vMemori jangka panjang disebut juga sebagaigudangatau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas.


vMemori jangka panjang memungkinkan manusia mengingat kembali informasi masa lalu dan menggunakan informasi yang ada untuk mengerti apa yang terjadi sekarang.

vMisalnya, nama individu sendiri, rasa jagung rebus, lagu semasa kanak-kanak, dan abjad a-z merupakan bahan yang tersimpan dalam penyimpanan memori jangka panjang

D. LUPA

1. Pengertian Lupa

  Lupa adalah peristiwa tidak dapat ditimbulkannya kembali informasi-informasi yang telah diterima dan disimpannya.

  Lupa yang patologis (tergolong gejala gangguan jiwa) disebut AMNESIA


2.FAKTOR PENYEBAB LUPA

  a. Menurut Teori Atopi

  Lupa terjadi karena  informasi terlalu   lama disimpan sehingga menjadi rusak   bahkan hilang dari ingatan.

  b.  Menurut Teori Interferensi

  Lupa terjadi karena informasi yang   disimpan dan yang  akan ditimbulkan   kembali terlalu banyak sehingga   menimbulkan interferensi

E. SIFAT-SIFAT INGATAN
(
sifat-sifat yang baik)

SIFAT-SIFAT INGATAN YANG BAIK

1.CEPAT : mudah dalam menerima materi.

2.LUAS : mampu menyimpan materi ingatan dalam jumlah banyak.

3.KUAT : mampu menyimpan materi ingatan dalam waktu lama.

4.SETIA : mampu menyimpan materi ingatan dgn baik.

5.SIAP : mampu menimbulkan kembali materi ingatan dengan mudah/cepat.


Thanks for Your Attention

PTBK

                                                                        ABSTRAK
Martinus Tinyu Diaz, 120800140; Judul Skripsi: “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Problem Solving Dalam Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII A SMP Bruder Pontianak Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi Program Studi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan – Persatuan Guru Republik Indonesia Pontianak 2013. Dosen Pembimbing I, Dra. Indri Astuti, M.Pd, Dosen Pembimbing II, Eli Trisnowati, M.Pd.
Adapun masalah umum dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah upaya meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris melalui problem solving dalam bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII A SMP Bruder pontianak tahun pelajaran 2013/2014?”. sub masalah, yakni: (1) Apakah layanan bimbingan kelompok melalui problem solving dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris pada siswa kelas VIII A SMP Bruder Pontianak? (2) Apa saja tahapan-tahapan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris? (3) Bagaimana respon siswa terhadap upaya meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris melalui problem solving dalam bimbingan kelompok?
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel masalah: Motivasi Belajar Bahasa Inggris, Variabel tindakan: Problem Solving dalam Bimbingan Kelompok, Subjek penelitian: Siswa Kelas VIII A Bruder Pontianak dengan indikatornya adalah (1) Kurang semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (2) Kurang memiliki kedisiplinan dalam belajar (3) Tidak mengerjakan tugas-tugas (PR) yang diberikan (4) Sukar dan lambat menangkap serta memahami pelajaran.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Populasi dan Sampelnya adalah 10 siswa SMP Bruder Pontianak.
Hasil penelitian sebelum tindakan bimbingan kelompok motivasi belajar siswa rendah dan masuk dalam kategori cukup dengan skore rata-rata 5,2 (26%). Setelah diberi layanan bimbingan kelompok pada sikus I, motivasi belajar siswa meningkat menjadi kategori cukup dengan skore rata-rata 5,8 (29%). Sedangkan pada siklus II motivasi belajar meningkat menjadi kategori baik dengan perolehan skore rata-rata 7,5 (37,5%).
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa upaya meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris melalui problem solving dalam bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII A SMP Bruder Pontianak telah berhasil dengan baik dan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan.
Melihat temuan dilapangan, peneliti memberikan Saran kepada: (1) Kepala sekolah hendaknya memberikan jam BK pada kelas VIII A agar program BK dapat terlaksana khususnya dalam layanan bimbingan kelompok misalnya dengan melakukan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) dan lebih memperhatikan siswa-siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud. (2) Konselor dapat memprogramkan layanan bimbingan
kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. (3) Siswa aktif memanfaatkan
layanan bimbingan kelompok untuk membantu memecahkan persoalan.




                                                                        BAB I
                                                              PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan proses perubahan dalam perilaku sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Pemahaman guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru mengajar, oleh karena itu guru pembimbing mempunyai peranan yang besar dalam proses pendidikan di sekolah.
Aspek-aspek dalam proses pendidikan adalah aspek perilaku yang terkait dengan proses belajar mengajar. Siswa sebagai pelajar harus mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya serta memiliki pribadi yang mandiri, siswa yang efektif adalah pelajar yang produktif dan sebagai anggota masyarakat yang baik. Guru sebagai pembimbing harus mampu mengenal dan memahami setiap siswa, memberikan informasi dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kepada siswa dalam menghadapi masalahnya serta menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan, sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas dalam diri siswa.
Untuk dapat mencapai hasil yang memuaskan dan kesuksesan dalam belajar maka sangat dibutuhkan suatu motivasi atau dorongan yang kuat dalam diri setiap siswa. Elida Prayitno (1989:22) motivasi belajar yang dimaksudkan adalah suatu penggerak dalam diri siswa untuk membangkitkan semangat belajar sehingga dapat menunjang prestasi belajarnya. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya akan berdampak pada mutu atau hasil yang rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat pada tempatnya diciptakan suasana yang menggembirakan, dan dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Mc Donald (dalam Nashar, 2004:39), motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Afifudin (dalam Ridwan, 2008:1), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar. Dari uraian yang dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga siswa tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati kegiatan belajarnya.
Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat mengembangkan diri khususnya melalui layanan bimbingan dan konseling. Melalui layanan ini, individu atau siswa dibantu untuk menemukan jati dirinya serta mampu untuk mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang baik. Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan motivasi belajar.
Dewa Ketut Sukardi (2008:64), menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Romlah (2001:3), mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangan yang secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Pengertian lain juga dari Wibowo (2005:17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Thondrike (Udin S. Winataputra, 2008;2. 10) dalam proses pengkondisian berlaku tiga dalil tentang belajar yaitu dalil sebab akibat, dalil latihan atau pembiasaan dan dalil kesiapan. Jika respons anak terhadap stimulus yang diberikan peneliti (materi, contoh topik permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dengan teknik yang menarik melalui bimbingan kelompok) maka akan menghasilkan rasa yang menyenangkan (anak mendapat jawaban atau solusi dari kesulitan yang dialaminya dalam dinamika kelompok) maka anak akan terdorong atau termotivasi untuk cenderung melakukan hal yang sama. Dan sebaliknya jika tidak menyenangkan bagi anak maka anak tidak mengulang hal yang sama. Selain itu, respons yang benar akan semakin banyak dimunculkan jika anak memperoleh pengetahuan yang banyak dari teman –teman dalam dinamika kelompok.
Bimbingan kelompok merupakan bimbingan yang dilakukan secara berkelompok dengan dipimpin oleh pemimpin kelompok, yang membahas hal-hal yang bersifat umum.
Sukiman (2011:111) memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sebagai berikut: Guru BK memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5-15 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
Dari uraian yang dipaparkan dari beberapa ahli di atas dapat disimpukan bahwa Bimbingan Kelompok merupakan salah satu layanan dari bimbingan dan konseling yang diantaranya bertujuan membantu siswa dalam mengembangkan penyesuaian diri dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat belajar. Misalnya saja dalam bimbingan kelompok terjadi dinamika kelompok, interaksi antar anggota kelompok yang memerlukan pemikiran, pengambilan sikap dan keputusan dalam mendiskusikan topik yang dibahas, dan tentunya amat membantu proses komunikasi antar anggota kelompok. Materi yang disajikan dalam bimbingan kelompok juga beragam, umum, disesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok, baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, karir, yang mana dalam hal ini dapat memotivasi seluruh anggota kelompok untuk dapat melaksanakan hal yang positip atau mengubah sikap dan tingkah laku tertentu, setelah mendengar pandangan, kritik atau saran dari teman anggota kelompok yang diungkapkan dalam kelompok untuk membantu perkembangan dirinya, serta meningkatkan prestasi belajar, karier, cita-cita dan masa depannya.
Dalam perjalanan hidupnya, setiap orang senantiasa akan menghadapi masalah. Baik itu anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, dapat dipastikan mengalami masalah tersebut. Syamsu Yusuf L.N (2009:131), masalah dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang dialami. Ketika seseorang atau individu mengalami masalah tentu menginginkan agar adanya suatu penyelesaian yang pada akhirnya bisa terbebas dari masalah yang dialaminya. Adapun banyak cara yang dapat digunakan dalam berbagai teknik untuk penyelesaian masalah. Salah satu teknik yang dapa digunakan adalah melalui Problem Solving. Syamsu Yusuf L.N (2009:132) menyatakan bahwa problem solving (pemecahan masalah) dapat diartikan sebagai upaya untuk memahami masalah dan faktor-faktor penyebabnya, serta menemukan alternatif pemecahannya yang paling tepat, agar terhindar dari kondisi yang merugikan.
Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam belajar. Ada yang dengan mudah menangkap materi pelajaran, namun ada yang lambat bahkan sulit memahaminya. Kesulitan yang dialami siswa tentu saja berkaitan dengan mata peajaran yang dipelajarinya, yakni pelajaran bahasa Inggris. Sebagai bahasa asing tentu saja tidak mengherankan kalau tidak sedikit dari siswa mengalami kesulitan dalam usaha mempelajarinya. Hal ini menjadi suatu kesulitan tersendiri. Permasalahan ini merupakan masalah pribadi karena erat kaitannya dengan keadaan diri masing-masing siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Oleh karena itu kesulitan belajar yang dialami seorang siswa tidak dapat disamakan begitu saja dengan siswa lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Mulyono Abdurrahman (2010:13) menyatakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Penyebab utama kesuitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak.
Agar dapat mencapai hasil yang memuaskan dan kesuksesan dalam belajar maka sangat dibutuhkan suatu motivasi atau dorongan yang kuat dalam diri setiap siswa. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat pada tempatnya diciptakan suasana yang menggembirakan, dan dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Salah satu cara untuk dapat menigkatkan semangat belajar siswa adalah melalui layanan bimbingan kelompok.
Namun kenyataan di lapangan dengan melakukan prasurvei dan informasi dari guru wali kelas dan kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak, siswa kelas VIII A, berkisar sekitar 20 % menurut pengamatan peneliti siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa gejala yang nampak pada diri siswa diantaranya adalah siswa kurang mempunyai semangat untuk belajar, kurang disiplin dalan belajar, sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan, tidak serius dalam belajar, kurang mengetahui cara belajar yang baik, hasil ulangan dan ujian yang diperoleh sangat rendah masih dibawah standar yang diharapkan. Padahal standar KKM untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah 75.
Dari data hasil belajar siswa tertera ada sekitar 10 siswa yang mendapat nilai di bawah standar. Sementara itu mata pelajaran Bahasa Inggris juga merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi proses Ujian Akhir Nasional (UAN).
Pihak sekolah sudah berusaha untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan ini dengan pemberian nasihat, peringatan serta tugas-tugas yang membantu membawa perubahan, namun belum nampak adanya perubahan dalam diri siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya lain dari yang sudah untuk membantu siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga siswa dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, rajin, tekun dan serius dalam mengikuti pelajaran dan akhirnya dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan sesuai dengan standar yang diharapkan.
Berdasarkan paparan atau fenomena yang terjadi di lapangan, maka peneliti tertarik untuk mengadakan atau melakukan penelitian dengan judul : “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Problem Solving dalam Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak.

B. Masalah Penelitian
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Problem Solving Dalam Bimbingan Kelompok pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak?
Selanjutnya dirinci ke dalam sub masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah layanan bimbingan kelompok melalui problem solving dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak?
2. Apa saja tahapan-tahapan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak?
3. Bagaimana respon siswa terhadap upaya meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui problem solving dalam bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui problem solving dalam bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak.
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui problem solving pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak.
2. Mengetahui tahapan-tahapan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak.
3. Mengetahui respon siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan, menambah khasanah pustaka pendidikan khususnya bidang bimbingan dan konseling, untuk penelitian sejenisnya, dalam upaya menigkatkan motivasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Menigkatkan motivasi belajar menjadi lebih baik dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan melalui layanan bimbingan kelompok.
b. Bagi Konselor Sekolah
Memberikan wawasan yang lebih luas bagi konselor dalam hal peningkatan motivasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok.
c. Bagi Kepala Sekolah
Memberi masukan kepada kepala sekolah akan pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah untuk membantu mengatasi permasalahan siswa sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Juga sebagai bahan pertimbangan dalam upaya menentukan kebijakan bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Guna membatasi dan memperjelas penelitian ini sehingga jelas ruang lingkupnya maka pembahasan ini akan di bahas tentang fokus penelitian, definisi operasional, lokasi penelitian serta subjek penelitian, yakni sebagai berikut :
1. Fokus Penelitian
Suatu penelitian memerlukan adanya objek untuk dijadikan fokus pengamatan agar dapat memperoleh informasi guna menjawab permasalahan yang dirumuskan. Diperlukan juga adanya pembahasan masalah supaya persoalan yang dibahas dalam penelitian ini terfokus, jelas dan tegas.
Untuk itu dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah upaya meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris melalui problem solving dalam bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak dengan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Motivasi belajar dengan indikator :
1) Semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2) Kedisiplinan dalam belajar
3) Tanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberikan
4) Sukar atau lambat menerima dan memahami pelajaran
(Dimyati dan Mudjiono, 2006)
b. Layanan bimbingan kelompok dengan indikator :
1) Tahap I Pembentukan
2) Tahap II Peralihan
3) Tahap III Kegiatan
4) Tahap IV Pengakhiran (Prayitno, 1995)
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan terhadap istilah dalam fokus penelitian agar tidak terjadi kesalapahaman dalam pengartian istilah yang dimaksudkan. Adapun definisinya sebagai berikut :
a. Motivasi Belajar Bahasa Inggris
1. Motivasi belajar
Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia , yang menjadi daya pengerak atau pendorong bagi manusia untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan termasuk perilaku belajar.
a) Semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Suatu kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Jika dalam diri seseorang tidak memiliki semangat, maka mempengaruhi mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu perlu diperkuat terus menerus dengan menciptakan suasana yang menyenangkan.
b) Kedisiplinan dalam belajar
Suatu sikap yang menjadi kemampuan untuk memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
c) Tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan
Kemampuan siswa dalam mengolah bahan menjadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar dengan memanfaatkan latihan-latihan atau tugas-tugas yang diberikan.
d) Sukar atau lambat dalam menerima dan memahami pelajaran
Menjadi hal yang berpengaruh dalam proses belajar karena beruhubungan dengan kemampuan dalam memusatkan perhatian terhadap proses pembelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolahnya.
2. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing, bahasa internasional dan menjadi salah satu mata pelajaran atau bidang studi yang diterapkan di sekolah. Sebagai bahasa asing tentu saja tidak mengherankan kalau tidak sedikit dari siswa mengalami kesulitan dalam usaha mempelajarinya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil ulangan dan ujian yang diperoleh sangat rendah, masih di bawah standar yang diharapkan. Padahal standar KKM untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah 75. Dari data hasil belajar siswa tertera ada sekitar 10 siswa yang mendapat nilai di bawah standar. Sementara mata pelajaran Bahasa Inggris juga merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi proses Ujian Akhir Nasional (UAN). Kesulitan tersebut bisa mencakup semua aspek atau beberapa komponen yang ada dalam pelajaran bahasa Inggris di sekolah. Komponen yang di maksud adalah struktur, bacaan, kosa kata, percakapan, karangan, lafal, dan ejaan.
b. Layanan Bimbingan Kelompok
Yang dimaksudkan dengan layanan bimbingan kelompok adalah memberikan bimbingan kelompok kepada siswa-siswi guna mengatasi permasalahan yang dialaminya.
1. Tahap Pembentukan
Tahap awal atau tahap permulaan sebagai tahap persiapan dalam rangka pembentukan kelompok. Pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, membina hubungan baik, percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam kelompok.
2. Tahap Peralihan
Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. Disebut tahap transisi karena merupakan saat transisi antara awal bimbingan kelompok dengan kegiatan bimbingan kelompok sesungguhnya. Tahap ini bertujuan membebaskan anggota kelompok dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu, atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar. Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya cukup banyak.
4. Tahap Pengakhiran
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow-up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari seluruh rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut.
F. Kerangka Konsep dan Hipotesis Tindakan
1. Kerangka Konsep
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang dipercaya untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar di dalamnya. Kegiatan belajar mengajar tersebut pada umumnya melibatkan interaktif edukatif antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungan.
Tidak semua siswa memiliki kemampuan sama dalam belajar. Ada yang dengan mudah dan cepat dalam menangkap materi pelajaran namun ada yang dengan susah payah dan perlu berulang kali mempelajarinya baru dapat memahaminya. Dengan kata lain ada siswa yang lancar dalam proses belajar namun ada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Permasalahan ini merupakan masalah pribadi karena erat kaitannya dengan keadaan diri masing-masing siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Oleh karena itu kesulitan belajar yang dialami oleh seorang siswa tidak dapat di samakan begitu saja dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa lainnya.
Kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja. Supaya siswa dapat berhasil dalam belajarnya kesulitan tersebut harus dicari jalan keluarnya. Ada siswa yang mampu mengatasi kesulitannya sendiri namun ada juga tidak mampu lantaran persoalan itu dirasakan sudah terlalu berat. Siswa seperti itu memerlukan bimbingan khusus dari pihak-pihak tertentu, seperti guru mata pelajaran, wali kelas atau petugas bimbingan. Dengan bantuan tersebut diharapkan siswa mampu memahami dirinya sendiri dan menemukan jalan tepat untuk mengatasi kesulitannya.
2. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka konsep yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika Problem Solving dalam bimbingan kelompok dilakukan dengan baik maka dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak”.


                                                                      BAB II
            MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PROBLEM SOLVING
                                             DALAM BIMBINGAN KELOMPOK
Motivasi sangatlah penting dalam hidup dan harus di miliki oleh setiap individu. Motivasi sebagai penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu demi kelangsungan hidup. Dalam bab ini akan dibahas tentang konsep motivasi belajar bahasa Inggris, problem solving dan pelaksanaan bimbingan kelompok.
A. Konsep Motivasi Belajar Bahasa Inggris
a. Motivasi Belajar
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh seorang pelajar guna pengembangan diri.
1. Pengertian Motivasi Belajar
G. Terry (1968:194), motivasi diartikan sebagai mengusahakan supaya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena dengan semangat ia ingin melaksanakan pekerjaannya.
Motivasi menurut Moekijat (2006:194) adalah sebagai pengaruh terhadap tingkah laku dan apabila kita menerima faham bagian yang terbesar dari pada pengaruh terhadap tingkah laku manusia ini adalah pada kebutuan dasar.
Martin Handoko (1992:9) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yanhg menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. .
Sedangkan mengenai pengertian belajar ini sangat kompleks sekali, sehingga bila kita mencari jawaban tentang apakah belajar itu, maka akan ditemukan beberapa definisi yag berbeda-beda yang dirumuskan banyak para ahli. Dalam rangka pemahaman mengenai makna belajar, maka ditemukan beberapa pendapat mengenai definisi belajar, sebagai berikut ;
Dalam setiap proses belajar akan selalu berhasil apabila siswa termotivasi. Pendapat Sardiman (1986:84), bahwa yang menyebabkan terjadinya motivasi adalah sebagai berikut :
1. Adanya dorongan untuk berbuat sebagai penggerak yang melepaskan
energi kepada seseorang untuk melakukan tugas.
2. Adanya penentu arah perbuatan yaitu arah tujuan pokok yang hendak
dicapai.
3. Adanya seleksi perbuatan artinya menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang secara guna mencapai tujuan dengan menyampaikan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
Burton, dalam bukunya “The Guidance of Learning Activities” yang dikutip oleh Aunurrahman, dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran (2010:35) belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
H. C. Witherington, dalam buku Educational Psychology belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Sardiman A. M (2003:23) belajar diartikan sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga atau psikofisik untuk mengubah tingkah laku menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.
Sedangkan Nana Sudjana (1989:5) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan hasil pada diri seseorang perubahan tersebut dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan serta perubahan aspek lainnya yang ada pada individu yang belajar.
Dimyati dan Mudjiono (2006:97) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah :

1. Cita-Cita atau Aspirasi Siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang …” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.
2. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar atau dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani berpengaruh pada motivasi belajar.
4. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara jenis dan jenjang pendidikan, ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibbin Syah, 2000:89).
Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu kegiatan yang bertujuan mendorong siswa untuk mengubah tingkah laku atau usaha untuk membangkitkan semangat belajar siswasehingga akan mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

2. Tujuan Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman A. M, 2003:91).
Elida Prayitno (1989:22), motivasi belajar adalah suatu penggerak dalam diri siswa untuk membangkitkan semangat belajar sehingga dapat menunjang prestasi belajarnya. Mc Donald (dalam Nashar, 2004 : 39), motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Afifudin (dalam Ridwan, 2008:1), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar.
Dari uraian yang dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga siswa tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati kegiatan belajarnya.
Atau dengan kata lain bahwa tujuan motivasi belajar berarti berkembangnya potensi peserta didik yang termotivasi cenderung bertahan dan tidak mudah putus asa dalam melakukan tugas mencapai hasil belajar.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Terbentuknya motivasi belajar menurut Sumadi Suryobroto (1990:72), ada 2 (dua) macam motif yaitu motif intrinsik dan motif ekstinsik. Motif-motif intrinsik yaitu motif yang fungsinya dalam memotivasi siswa tidak usah dirangsang dari luar. Karena dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Sedangkan motif-motif ekstrinsik yaitu motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar seperti halnya siswa belajar karena akan ada ulangan. Dari motif-motif diatas bila dikaitkan dengan motivasi belajar, maka motivasi belajar termasuk motivasi sosial atau motif yang dipelajari dan berfungsinya motif ini karena adanya rangsangan dari dalam (intrinsik) dan rangsangan dari luar (ekstrinsik).
1. Motivasi Intrinsik
Elida Prayitno (1989:86), motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari individu itu sendiri yaitu :
a) Konselor mulai merencanakan tugas, melaksanakan tugas dengan baik yang direncanakan sendiri maupun oleh kepala sekolah, dikerakan dengan tepat waktu. Sehingga guru selalu dilatih melaksanakan tugas-tugasnya selesai tepat pada waktunya.
b) Konselor merasa bertanggung jawab atas keberhasilan siswanya dan melaksanakan kegiatan belajar bukan hanya sekedar syarat minimal. Dengan demikian siswa dilatih mempertanggung jawabkan atas keberhasilan dalam kegiatan belajarnya.
c) Siswa dilatih untuk selalu mengontrol dan mengarahkan diri dalam bertindak untuk dirinya sendiri dalam hubungan sosial dengan orang lain.

2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Memberikan penghargaan sangat efektif untuk membangun motivasi ekstrinsik seorang siswa dan sangat efektif pula dalam menimbulkan dorongan untuk belajar.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses terbentuknya motivasi belajar terjadi baik dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar diri siswa.
4. Jenis -Jenis Motivasi Belajar
Sumadi Suryobroto (1990:71) ditinjau dari dasar pembentuknya, motif dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu motif bawaan. Motif bawaan adalah dorongan untuk makan, doroongan untuk minum, dorongan untuk bergerak dan istirahat serta dorongan seksual. Motif-motif yang disyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan manusia. Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari, seperti dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan.
Martensi (1990:19) jenis motivasi dapat dilihat dari dasar pembentukan dan dilihat dari timbulnya motivasi. Dilihat dari dasar pembentukan motivasi ada 4 macam yaitu :

a. Motivasi bawaan yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, tanpa harus dipelajari.
b. Motivasi yang dipelajari yatu suatu motivasi yang timbul karena dipelajari, motivasi ini disebut motivasi sosial.
c. Motivasi yang diperkaya dengan unsur relegi, yang dimaksudkan yaitu suatu motivasi yang timbul karena nilai yang dianut seseorang.
d. Motivasi berprestasi yaitu motivasi yang mendorong individu untuk mencapai sesuatu dan bertujuan untuk berhasil. Motivasi berprestasi juga berarti dorongan-dorongan dari individu yang melaksanakan aktivitas belajar untuk meraih kesuksesan untuk mencapai tujuan dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Sardiman (2003:62) dilihat dari timbulnya, motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sebagai berikut :
a. Motivasi Intrinsik
Yaitu motivasi yang perwujudannya berkaitan erat dengan aktivias yang dilakukan untuk mempeoleh suatu tujuan. Motif ini timbul karena adanya kesadaran, misalnya: seseorang melakukan kegiatan belajar kelompok karena didorong semata-mata oleh keinginan memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan individu rajin melakukan kegiatan tanpa adanya unsur keterpaksaan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi dalam perwujudannya tidak mutlak berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan. Dalam motif ini ada unsur keterpaksaan. Misalnya siswa mlakukan suatu kegiatan karena takut apabila dimarahi orang tua, bukan karena ingin memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga ada kesan pada diri individu tersebut malas belajar.
5. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar
Sardiman (2000:90) untuk memotivasi belajar siswa, diperlukan adanya dorongan dari seorang konselor sebagai penggerak atau motivator dalam memberikan support, penghargaan, kepercayaan diri dan pujian, hal-hal tersebut dapat membangkitkan adanya suatu kebutuhan pada diri seorang yaitu dipahami dan dimengerti.
Tujuan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami suatu tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar (Sardiman A. M 2003:95).
Dengan adanya layanan bimbingan kelompok sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar sebagaimana diuraikan diatas, maka hendaknya guru dapat mengembangkan dan mengarahkan agar melahirkan hasil belajar yang bermakna.
Pada mulanya ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehinggan hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subyek belajar (Sardiman A. M, 2003:95).
b. Bahasa Inggris
Tujuan pelajaran bahasa Inggris sebagaimana digariskan dalam kurikulum (Depdikbud, 1987:55) adalah :
Siswa memiliki minat dan kemampuan berbahasa Inggris terutama membaca, dan disamping itu siswa juga diharapkan dapat menyimak, berbicara dan menulis karangan sederhana dalam bahasa Inggris yang menggunakan pola kalimat dasar bahasa Inggris dengan kosa kata dalam tingkatan 1500 kata.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama diberikan dalam beberapa unit yang dalam setiap unit terdiri dari tujuh komponen, yaitu; struktur, kosa kata, percakapan, bacaan, menulis/karangan, lafal, dan ejaan.
Berikut ini akan diuraikan masing-masing komponen itu satu persatu sebagai berikut :
a. Struktur
Yang dimaksud dengan struktur adalah aturan-aturan dan kaidah-kaidah pembentukan kata dan kalimat. Tujuan pengajaran struktur di Sekolah Menengah Pertama adalah “agar siswa mengenal kata-kata dan pola kalimat serta dapat mempergunakannya membentuk kalimat yang benar dan wajar sesuai dengan situasi dan keadaannya.’(Miroesam Chair, Sutardiyah Bramono, 1988:6 ).
b. Kosa kata
Adapun tujuan pengajaran kosa kata adalah memberikan pengetahuan tentang arti dan penggunaan kata-kata Inggris kepada siswa. Dengan demikian siswa diharapkan memahami kata-kata itu bila menjumpainya dan dapat memakainya secara tepat dalam kalimat.
c. Percakapan
Menguasai suatu bahasa tidak cukup bila kita hanya mempelajari kata-kata serta pola kalimat bahasa yang bersangkutan dalam hubungan lepas. Kita harus mengetahui juga bagaimana dan dalam situasi apa bentuk-bentuk tersebut dipakai. Pemberian percakapan kepada siswa bertujuan memperkenalkan kepada siswa satu situasi tempat kalimat-kalimat yang telah dipelajari dapat dipakai.
d. Bacaan
Sama halnya dengan percakapan maka bacaan (reading comprehension) adalah salah satu jenis situasi dimana siswa dapat mempelajari dan menemukan situasi yang menjadi tempat dimana kalimat tertentu dipakai secara tepat. Dalam bacaan, kalimat dipakai dalam konteks dan situasi yang lebih luas dari pada dalam dialog.
Pelajaran membaca dimaksudkan agar siswa:
1) Mengenal konteks dan situasi yang lebih luas tempat kalimat yang telah mereka pelajari dipakai.
2) Menguasai dengan lebih mantap komponen-komponen bahasa yang telah mereka pelajari.
3) Memperoleh dasar untuk lebih mudah mengembangkan kemampuan membaca ini kelak di SLTA.
e. Menulis
Sistem tulisan bahasa Inggris berlainan dengan sistem tulisan bahasa Indonesia. Misalnya saja huruf dalam bahasa Inggris sering kali tidak mewakili satu bunyi, sebagai contoh I = ai. Hal ini menyebabkan siswa terkadang mengalami kesulitan dalam menulisnya dengan baik dan benar. Kegiatan menulis/mengarang “mengajarkan kemampuan membuat kalimat yang baik dan benar dan merakitnya menjadi paragraph dan berbagai wacana (Khususnya surat, cerita, dan keterangan) yang sederhana.”
f. Lafal
Lafal bahasa Inggris merupakan salah satu rintangan yang dirasakan sangat berat bagi para siswa. Hal ini terjadi karena alat bicara kita dari kecil sudah terlatih dengan bahasa kita sendiri. Apalagi didukung oleh keanekaragaman dialek yang ada. Yang menjadi tujuan mempelajari lafal adalah agar siswa menguasai sistem bunyi bahasa Inggris sehingga dapat menggunakan bahasa Inggris dengan lafal yang baik.
g. Ejaan
Ejaan sangat penting dalam bahasa Inggris, terlebih dalam bahasa terulis dan pengajaran dikte, karena bila kita salah dalam mengeja kata-kata maka akan timbul salah pengertian. Oleh karena itu para siswa perlu berhati-hati dalam mempelajari, mengamati, mencatat, dan menghafalkannya.
Ketidakmampuan dalam salah satu atau sebagian dari komponen itu ikut mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan belajr sebagaimana yang diharapkan. Kesulitan belajra yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris dapat meliputi salah satu atau lebih, bahkan dapat meliputi seluruh komponen yang ada.

B. Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Dalam perjalanan hidupnya, setiap orang senantiasa akan menghadapi masalah. Adapun sebagai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, dapat dipastikan mengalami masalah tersebut. Untuk memahami apa masalah dan bagaimana memecahkannya, pada uraian berikut akan diberikan penjelasannya.
1. Pengertian Masalah
Syamsu Yusuf L.N (2009:131), masalah dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang dialami.
2. Pengertian Problem Solving (pemecahan masalah)
Syamsu Yusuf L.N (2009:132) menyatakan bahwa pemecahan masalah dapat diartikan sebagai upaya untuk memahami masalah dan faktor-faktor penyebabnya, serta menemukan alternatif pemecahannya yang paling tepat, agar terhindar dari kondisi yang merugikan.
3. Jenis-jenis Masalah
a. Masalah Pribadi (personal)
1) Frustrasi karena tidak tercapainya cita-cita
2) Konflik psikis (kekurang sesuaian antara keinginan/minat dengan kemampuan), atau konflik antar kebutuhan seksual dengan norma agama
3) Bersikap apatis (kurang bergairah) dalam menghadapi kehidupan atau mengalami indolensi (kelesuan) hidup
4) Bersikap pesimis akan masa depan
5) Kurang dapat membagi waktu
6) Frustrasi karena kurang mendapat kasih sayang atau perhatian orang tua.
7) Frustrasi karena putus cinta
8) Merasa minder (rendah diri) bergaul dengan orang lain
9) Merasa kurang percaya diri (tidak PD) dalam mengekspresi diri
10) Memiliki penyakit yang sulit disembuhkan.
b. Masalah Keluarga
1) Hubungan yang kurang harmonis (gap communication) antar ayah-ibu, atau orang tua-anak
2) Ekonomi lemah
3) Ketidak utuhan keluarga (meninggal atau bercerai)
4) Orang tua kurang memperhatikan kebutuhan anak
5) Orang tua tidak menampilkan pribadinya sebagai figur moral yang baik.
c. Masalah dalam Kelompok Sebaya (Peer Group)
1) Norma kelompok yang kurang sesuai denga norma pribadi
2) Berkembangnya sikap egois diantara anggota kelompok
3) Kurang berkembangnya sikap toleransi, loyalitas, dan kebersamaan
4) Gaya hidup atau perilaku teman dalam kelompok tidak sesuai dengan ajaran agama atau berakhlak buruk (seperti dalam cara berpakaian, berpenampilan, dan berkata-kata)
5) Terperangkap dalam gang yang perilakunya brutal/sadis, seperti gang motor yang berkembang di kota-kota besar.
d. Masalah Belajar
1) Merasa sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar
2) Kurang memiliki motivasi belajar
3) Kurang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
4) Kurang memiliki keterampilan untuk belajar.
e. Masalah Karier
1) Belum mengetahui sekolah lanjutan atau perguruan tinggi yang akan dimasuki
2) Belum memahami jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan sendiri
3) Masih bingung untuk memilih jenis pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan minat
4) Merasa pesimis bahwa setelah sekolah, bisa melanjutkan studi atau mendapat pekerjaan yang diharapkan.
4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
a. Mengklarifikasi masalah (memahami dan mengidentifikasi sumber masalah)
b. Menemukan alternatif pemecahan masalah
c. Menguji alternatif pemecahan masalah (tes resiko)
d. Mengambil keputusan (decesion making)
e. Melakukan kegiatan sesuai dengan keputusan yang diambil.

C. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan dalam memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial dengan tujuan untuk menyadarkan individu guna menyusun rencana dan membuat keputusan, atau untuk keperluan lain yang relevan dengan informasi yang diberikan.
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Gazda (1978, dalam Prayitno dan Erman Amti 2004:309) menyatakan bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.
Dewa Ketut Sukardi (1996:48), mengatakan layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan Sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari- hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk, mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Martin Handoko dan Theo Riyanto (2010:107) juga menyatakan bimbingan kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karier atau jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
Winkel (1991, dalam Mochamad Nursalim 2002:53) berpendapat bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan.
Dari beberapa pendapat para ahli yang di uraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan sebuah layanan dalam bimbingan kelompok yang berupaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat dalam suasana kelompok, sehingga nantinya dapat berguna untuk menunjang aktivitas dalam kehidupannya.
2. Jenis Layanan Bimbingan Kelompok
Erman Amti (2004:106) dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua jenis, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaan dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok Bimbingan kelompok tugas
Dalam penyelengggaraan bimbingan kelompok tugas ini arah dan isi kegiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. apa yang dikerjakan kelompok itu berasal dari pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.
3. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Erman Amti (2004:108) tujuan diadakannya bimbingan kelompokdi sekolah ada dua, yaitu tujuan umum dan khusus:
a. Tujuan Umum
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dalam bimbingan kelompok itu dapat merupakan wahana dimana masing-masing yang dihadapinya.
b. Tujuan khusus
Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:
1) Melatih murid-murid untuk berani mengemukakan pendapat dihadapan teman-temannya.
2) Melatih murid-murid untuk dapat bersikap terbuka dalam kelompok.
3) Melatih murid-murid untuk dapat membina keakraban bersama teman-temannya dan dengan teman lain di luar kelompok pada umurnnya.
4) Melatih murid-murid untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.
5) Melatih murid-murid untuk bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
6) Melatih murid-murid untuk memperoleh ketrampilan sosial.
7) Membantu murid-murid untuk mengenali dan memahami dirinya dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok
Prayitno mengemukakan adanya tiga komponen-komponen penting dalam kelompok antara lain:
1. Suasana kelompok
Saling berhubungan antar anggota kelompok sangat diutamakan. Dalam saling berhubungan yang dinamis antar anggota kelompok. masing-masing anggota kelompok berkepentingan untuk bergulat dengan Suasana antar hubungan itu sendiri, khususnya Suasana perasaan yang tumbuh dalam kelompok tersebut. Suasana perasaan tersebut meliputi rasa diterima atau ditolak, rasa cinta dan dibenci, rasa berani dan takut, yang semua itu menyangkut sikap, reaksi dan tanggapan saling hubungan mereka dalam kelompok.
Para ahli menyebutkan lima hal yang hendaknya diperhaikan dalam menilai apakah kehidupan sebuah kelompok adalah baik atau kurang baik, yaitu:
1. Saling hubungan yang dinamis antar anggota kelompok.
2. Tujuan bersama.
3. Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifatnya kegiatan kelompok.
4. Etika dan sikap terhadap orang lain.
5. Kemampuan mandiri.
6. Anggota kelompok
2. Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kematangan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu. Dalam batas, tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran pemimpin kelompok sama sekali. Secara ringkas peranan anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu.
Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar seperti apa yang diharapkan adalah:
1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
2. Mencurahkan segenap perasaan dan melibatkan diri dalarn kegiatan kelompok.
3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhi dengan baik.
5. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam kegiatan kelompok.
6. Mampu berkomunikasi secara terbuka.
7. Berusaha membantu anggota kelompok yang lain.
8. Memberi kesempatan anggota yang lain untuk juga menjalankan peranannya.
9. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
3. Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.
Peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal – hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota kelompok maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menenyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok.
3. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
5. Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit). pendamai dan pendorong, kerja sama serta suasana kebersamaan. Selain itu juga diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu Orang atau lebih anggota kelompok.
6. Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jalwab pemimpin kelompok.
5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok
Dalam penyelenggaraan layanan dan kegitan pendukung bimbingan dan konseling, selain fungsi dan prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut akan asas-asas bimbingan. Hal ini guna memperlancar pelaksanaan serta menjamin keberhasilan layanan. Apabila asas-asas ini tidak diperhatikan dan dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan macet.
Kegiatan bimbingan kelompok juga memperhatikan asas-asas, yakni :
1. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam bimbingan kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan atau tindakan) yang ada dalam kegiatan bimbingan kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan.
2. Asas Keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Karena jika keterbukan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
3. Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan. Klien secara sukarela dan tanpa adanya paksaan mau menyampaikan masalah yang dihadapi dengan mengungkapkan hal-hal yang dialaminya kepada konselor.
4. Asas Kegiatan
Hasil layanan bimbingan kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah.
5. Asas Kekinian
Masalah yang dibahas dalam kegiatan bimbingan kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu atau waktu kecil.
6. Asas Kenormatifan
Dalam kegiatan bimbingan kelompok setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak saling berebutan.
Dalam layanan bimbingan kelompok, asas yang menjadi etika dasar adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan yang diambil oleh individu sendiri.
D. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus dilalui dalampelaksanaan bimbingan kelompok, sehingga akan menjadikan kegiatan bimbingan kelompok menjadi terarah, runtut, dan tepat pada sasarannya.
1. Tahapan dalam Bimbingan kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok berlangsung dalam beberapa tahap kegiatan. Prayitno (1995:40) ada empat tahap kegiatan yang perlu dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran dan penutup. Tahap itu dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan perlibatan dari anggota ke dalam kelompok dengan tujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok. Pemahaman anggota kelompok akan memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan bimbingan kelompok, yang selanjutnya dapat menimbulkan minat pada diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam kelompok.
Pemimpin kelompok harus mempu merangsang dan menetapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana yang didinginkan. Selain itu pemimpin kelompok harus mampu merangsang san manggairahkan seluruh anggota kelompok untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok dapat aktif menjelaskan tujuan kegiatan, menumbuhkan rasa saling mengenal, menumbuhkan sikap saling percaya dan menerima yang dimulai dari pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.
Adapun peran pimpinan kelompok dalam hal ini harus jelas terwujud, yakni :
a) Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok itu dan menjelaskan cara-cara yang hendaknya dilalui dalam mencapai tujuan kelompok.
b) Mengemukakan tentang diri sendiri yang kira-kira perlu untuk terselenggaranya kegiatan kelompok secara baik (antara lain memperkenalkan diri secara terbuka, menjelaskan perannya sebagai pemimpin kelompok).
c) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini anggota kelompok), ketulusan hati, kehangatan, dan empati.
Penampilan pemimpin kelompok seperti yang diuraikan di atas akan merupakan contoh yang besar kemungkinan akan diikuti oleh para anggota kelompok dalam menjalani kegiatan kelompok maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
b. Tahap Peralihan
Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. Dalam menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan, maka tidak akan muncul keragu-raguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh setiap anggota kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok perlu menawarkan kepada anggota kelompok tentang kesiapan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu dengan menbuka diri secara wajar dan tepat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini, yakni: (1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, (2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; (3) Membahas suasana yang terjadi; (4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (5) Bila perlu kembali kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yakni :
1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.
3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4) Membuka diri sebagai contoh dan penuh empati.
c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti dalam bimbingan kelompok dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terbatasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasana untuk mengembangkan diri anggota kelompok, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi, mengajukan pendapat, menaggapi pendapat dengan terbuka, sabar dan tenggang rasa, maupun menyangkut pemecahan masalah yang dikemukakan dalam kelompok.
Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak secara jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok bebas atau tugas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok bebas atau kelompok tugas, sehingga rangkaian kegiatannya disesuiakan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok yang bersangkutan.
Dalam tahap inti ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yakni :
1) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
2) Pemilihan masalah atau topik dan menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
3) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
4) Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari keseluruhan rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada penjelasan dan penjelajahan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menerapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut Pada tahap ini pemimpin kelompok menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengesankan sehingga semua anggota kelompok merasa memperoleh menfaat yang besar dalam kegiatan tersebut serta adanya keinginan untuk mengadakan kegiatan lagi
Pemimpin kelompok dapat mengkoordinir anggota kelompok untuk menyampaikan kesan-kesan dan tanggapan serta pembahasan kegiatan lanjutan apabila benar-benar efektif dengan memberikan manfaat bagi para anggota dan pemimpin kelompok.
Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yakni :
1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3) Membahas kegiatan lanjutan.
4) Mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
2. Teknik Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Teknik pengubahan untuk meningkatkan motivasi belajar adalah siswa harus mempunyai tekad yang kuat dan dapat menempatkan diri dalam segala situasi, berpikir yang positif dan mempunyai keyakinan yang kuat untuk berhasil, menghilangkan perasaan cemas, takut sehingga dapat bertindak dengan berani, tegas dan mandiri sehingga dalam melaksanakan tugas dan aktivitasnya.
a. Metode/Teknik dalam Kegiatan Bimbingan Konseling
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi, selain memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya, seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2011:86) “Bahwa teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok”. Jadi jelas bahwa selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik penggunaan dan pemilihan juga harus disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti yang disebutkan oleh Tatiek Romlah (2011:87) beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu antara lain : pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permainan peran (role playing), permainan simulasi (simulasi games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana keluarga (home room).
Dari beberapa teknik di atas kesemuanya akan digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan motivasi belajar yang positif. Oleh karena itu akan dipilih beberapa teknik yang sekiranya memenuhi standart yang dapat membantu meningkatkan motivasi belajar pada siswa, dari kriteria di atas dapat diperoleh beberapa teknik yang bisa digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa, antara lain :
1) Teknik pemberian informasi
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yakni ; perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Keuntungan teknik ini antara lain: (a) Dapat melayani banyak orang, (b) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien, (c) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah, antara lain: (a) Sering dilaksanakan secara monolog, (b) Individu yang mendengar kurang aktif, (c) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi menarik. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut pada waktu memberikan informasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni ; (a) Sebelum memilih teknik pemberian informasi, perlu dipertimbangkan apakah cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan individu yang dibimbing, (b) Mempersiapkan bahan informasi dengan sebaik-baiknya, (c) Usaha untuk menyiapkan bahan yang dapat dipelajari sendiri oleh pendengar atau siswa, (d) Usahakan berbagai variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif, (e) Gunakan alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap layanan yang disampaikan.
2) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah dirancang antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Dalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah tetapi juga untuk mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi. Dinkmeyer dan Murno dalam Romlah (2011:89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok, yakni: (a) Untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (b) Untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, (c) Untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hunbungan antar manusia. Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, hampir setiap teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya.
3) Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Merupakan suatu proses kratif dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengantjuan dan nilai hidupnya. Teknik ini mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara sistematis adalah :
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
b. Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah.
c. Mencari alternatif pemecahan masalah.
d. Menguji masing-masing alternatif.
e. Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan.
f. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
4) Permainan peran (role playing)
Teknik permainan peran adalah suatu alat belajar yang menggambarkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjai dalam kehidupan yang sebenarnya. (Bennett dalam Tatiek Romlah, 2001:99). Didalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peran, yaitu sosiodrama dan psikodrama. Sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia, tujuannya untuk melatih siswa berani berbicara, sedangkan psikodrama adalah permainan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
5) Permainan simulasi (simulation games)
Permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksi situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya (Adams dalam Romlah, 2001:109). Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peran dan teknik diskusi. Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama adalah menentukan peserta pemain yaitu terdiri dari fasilitator, penulis, pemain, pemegang peran, dan penonton. Setalah peserta pemain ditentukan, pemain dapat dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut ;
a. Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya.
b. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan.
56
c. Menentukan permainan, pemegang peran, dan penulis.
d. Menjelaskan aturan permainan.
e. Bermain dan berdiskusi.
f. Menyimpulkan hasil diskusi.
g. Menutup permainan dan menentukan waktu serta tempat bermain berikutnya.
Dari beberapa uraian teknik yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini teknik yang digunakan atau yang akan dipakai adalah pemberian informasi, diskusi kelompok, permainan peran, dan pemecahan masalah.
b. Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling (PTBK) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan atau model yang berbeda. Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2012:25-77) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yakni :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dalam penelitian ini adalah langkah yang digunakan oleh peneliti untuk merancang kegiatan tindakan.
Perencanaan tindakan terdiri dari dua kegiatan, yakni (1) prosedur pelaksanaan tindakan, dan (2) persiapan teknik penelitian.
a. Prosedur pelaksanaan tindakan
Prosedur pelaksanaan tindakan terbagi atas dua bagian, yakni :
1) Menentukan topik bahasan
Adapun topik bahasan dalam penelitian ini adalah meningkatkan motivasi belajar melalui pendekatan problem solving dalam bimbingan kelompok.
2) Merencanakan prosedur kegiatan yang akan dilakukan.
Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui bimbingan kelompok.
b. Persiapan teknik penelitian (sarana dan prasarana)
Selain menetapkan prosedur pelaksanaan tindakan, peneliti juga melakukan identifikasi berbagai sarana dan prasarana yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan tindakan, antara lain yaitu; ruangan kelas (ruangan BK), media pembelajaran, dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan permasalahan yang sudah peneliti uraikan di atas, maka perencanaan untuk melaksanakan penelitian tindakan adalah menyiapkan perencanaan layanan bimbingan kelompok, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah dalam layanan bimbingan kelompok, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian, menyiapkan format observasi, dan menyiapkan angket respon siswa.
2. Pelaksanaan (Action)
Setelah pada tahap sebelumnya peneliti membuat perencanaan, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan dari berbagai perencanaan yang telah disusun. Sebelum pelaksanaan dilakukan, peneliti harus melakukan persiapan pelaksanaan penelitian tindakan, yaitu :
a. Menentukan kolaborator
Salah satu persiapan yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan dan konseling adalah menentukan kolaborator. Kolaborator sangat membantu peneliti untuk lebih berkonsentrasi melakukan suatu kegiatan secara fokus. Karena pada saat peneliti melakukan tindakan, pada saat yang bersamaan peneliti juga harus melakukan pengamatan. Dengan adanya pihak lain yang membantu dalam pelaksanaan penelitian tentunya akan sangat membantu peneliti.
Kolaborator yang baik dalam penelitian tindakan adalah teman sejawat, dalam hal ini guru BK yang ada pada satu sekolah. Hal ini penting dalam rangka adanya kesamaan pemahaman mengenai penelitian tindakan bimbingan konseling yang dilakukan, serta dapat melakukan pengamatan yang tajam, karena memiliki pengetahuan yang relatif sama berkenan dengan masalah penelitian. Selain itu, kolaborasi juga dapat dilakukan dengan guru mata pelajaran.
b. Melakukan simulasi tindakan
Dalam ha ini peneliti dapat membuat simulasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan tindakan yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat kesalahan sebelum melaksanakan tindakan yang sebenarnya. Dengan demikian hal ini tentunya akan membuat peneliti memperhitungkan lebih matang tindakannya, serta akan membuat penelii memiliki kesiapan dalam melaksanakan tindakan.
3. Pengamatan (Observation)
Cara melakukan pengamatan dalam penelitian, baik penelitian tindakan kelas (PTK) maupun penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) dilakukan oleh guru BK itu sendiri sebagai peneliti. Atau dengan kata lain dalam hal ini penelitian ini yang melakukan tindakan penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hopskin dalam Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2012:60), yang menyatakan bahwa peranan guru BK atau peneliti dalam penelitian tindakan, baik penelitian tindakan kelas (PTK) maupun penelitian tindakan dalam bimbingan konseling (PTBK) adalah merencanakan, melaksanakan, melakukan observasi, serta menyusun laporan penelitian. Dengan demikian guru BK atau peneliti adalah orang yang merekam berbagai dampak yang muncul dari tindakan yang diberikan.
Pengamatan dalam penelitian tindakan bimbingan konseling dilakukan sepanjang peneliti melakukan tindakan. Pelaksanaan pengamatan dalam penelitian tindakan konseling harus merujuk kepada indicator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan. Oleh karena itu perencanaan dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu pengamatan terhadap proses dan hasil.
Pengamatan terhadap proses adalah pengamatan yang dilakukan terhadap berbagai data yang muncul berkaitan dengan proses kegiatan pemberian tindakan dalam PTBK. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan bimbingan kelompok berlangsung. Pengamatan terhadap data proses dilakukan sepanjang tindakan diberikan, mulai dari awal pertemuan tindakan sampai akhir pertemuan tindakan.
Pengamatan terhadap hasil tindakan, dilakukan untuk melihat keberhasilan tindakan terhadap variabel masalah dalam PTBK, yakni : upaya meningkatkan motivasi belajar melalui problem solving dalam bimbingan kelompok. Maka data hasil yang harus peneliti amati (ukur) adalah kemampuan serta pengetahuan siswa tentang meningkatkan motivasi belajar.
4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan yang harus didasarkan pada data-data yang didapat dalam penelitian. Data hasil penelitian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana tindakan berpengaruh pada penyelesaian masalah. Dalam melakukan refleksi, langkah pertama harus kita lakukan adalah melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian tindakan bimbingan konseling meliputi beberapa kegiatan, yakni:
a. Kegiatan pertama adalah menggolongkan berbagai macam data yang ada pada kategori-kategori tertentu. Dalam PTBK, kategori dapat mengacu kepada indikator keberhasilan, baik proses maupun hasil penelitian.
b. Kegiatan kedua adalah menyusun berbagai data dalam tiap kategorinya sehingga memberikan informasi yang berharga mengenai indikator keberhasilan. Penyusunan data ini dapat dilakukan melalui tabulasi data atau melakukan reduksi data.
Refleksi dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling dilakukan setelah berbagai macam data terkumpul. Refleksi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana tingkat pencapaian tindakan dalam Mengatasi masalah, dalam hal ini yaitu masalah upaya meningkatkan motivasi belajar melalui pendekatan problem based learning dalam bimbingan kelompok. Apabila pada siklus I masalah belum terselesaikan atau belum ada perubahan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Tetapi jika sudah terdapat perubahan atau masalah sudah terselesaikan, maka siklus dihentikan.
c. Pemecahan Masalah untuk meningkatkan Motivasi belajar dalam Bimbingan Kelompok
Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan bentuk Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling (PTBK) adalah penelitian yang dipusatkan pada analisis refleksi, terhadap fakta aktual yang terjadi selama proses penelitian berlangsung. Dalam hal ini yang diamati adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan interaksi siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan bahan atau tugas-tugas pembelajaran yang digunakan dan teramati selama proses layanan bimbingan berlangsung. Tujuannya adalah untuk mengetahui, mengerti, mengkaji dan menemukan seberapa besar potensi dan motivasi belajar siswa dibalik realitas sosial yang terjadi selama proses layanan bimbingan kelompok berlangsung.
Istilah penelitian tindakan berasal dari bahasa Inggris action research, Hustler et al dalam Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2012:12). Selanjutnya Mertler (dalam Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2012:12) mengutip pendapat Schmuch dan Mc Milan menjelaskan pengertian action research. Kesimpulannya action research sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan perbaikan atas suatu program sekolah atau kelas yang khusus.
Pelaksanaan penelitian tindakan selalu mengandung dua unsur, yakni masalah dan tindakan/intervensi. Suatu kondisi dapat disebut masalah dalam penelitian tindakan apabila memiliki criteria sebagai berikut :
1. Menjadi masalah bagi sebagian besar siswa.
2. Menjadi masalh bagi sebagian besar guru bidang studi (guru BK).
3. Hasilnya dapat dipakai tidak hanya oleh guru (atau guru BK) atau siswa di sekolah itu.
4. Dapat meningkatkan kualitas hasil belajar/layanan.
Sedangkan penentuan tindakan/intervensi dalam penelitian tindakan memenuhi kriteria :
1. Dapat dilakukan oleh guru dan siswa.
2. Tidak memakan waktu yang sangat lama.
3. Segera dapat dilihat hasilnya.
4. Tidak membutuhkan dana dan peralatan yang berlebihan.
5. Memiliki kesesuaian dengan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan upaya meningkatkan motivasi belajar dalam bimbingan konseling adalah usaha sadar, terncana, sistemamatis, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dengan melaksanakan tindakan dalam layanan bimbingan kelompok agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar secara optimal.